Disetiap ayat ayat alquran ada solusi hidup,yuk kita simak n lakukan buat doa kita kepada anak2 kita n org y kita cintai tabarakallah
ustadz adi hidayat Lc ,Ma
Latest Posts
ARTIKEL
Makna Kata "Walyy" dalam Alquran Menurut Abu Hilal Al Askary:
Secara bahasa "walyy" (وليّ) adalah lawan dari kata "aduww" (عدوّ)/musuh.
Abu Hilal Al Askary dalam al wujuuh wa an nadhaair fil qur'an al karim mengatakan bahwa kata walyy dalam Alquran mempunyai 6 makna tergantung konteks ayat yang menyebutnya, yaitu sbb:
1- Anak laki2 (الولد)
ini berada dalam QS Maryam, 5:
فَهَبْ لِى مِن لَّدُنكَ وَلِيًّا
"maka anugerahilah aku dari sisi Engkau seorang putera"
2- Teman/Sahabat (الصاحب)
Ini berada misalnya dalam QS Al Isro', 111:
وَلَمْ يَكُن لَّهُۥ وَلِىٌّ مِّنَ ٱلذُّلِّ ۖ
dan Dia bukan pula hina yang memerlukan teman (yang memenangkannya).
atau dalam QS Al Kahfi, 17:
ۖ وَمَن يُضْلِلْ فَلَن تَجِدَ لَهُۥ وَلِيًّا مُّرْشِدًا
maka kamu tidak akan mendapatkan seorang temanpun yang dapat memberi petunjuk kepadanya.
dalam kedua ayat di atas, kata al walyy juga bisa dipahami dengan makna lawan dari musuh.
3- Kerabat/Teman Dekat (القريب)
Ini berada dalam QS Hud, 20:
وَمَا كَانَ لَهُم مِّن دُونِ ٱللَّهِ مِنْ أَوْلِيَآءَ ۘ
"Dan sekali-kali tidak ada bagi mereka kerabat selain Allah"
4- Tuhan (ربّ)
Ini berada dalam QS Al An'am 14:
قُلْ أَغَيْرَ ٱللَّهِ أَتَّخِذُ وَلِيًّا
Katakanlah: "Apakah akan aku jadikan Tuhan selain dari Allah".
Ayat-ayat yang sejenis ini banyak.
5- Lawan Dari Musuh (ضد العدوّ) (jawa: Bolo).
Ini semisal dalam QS Al Maidah 51:
۞ يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لَا تَتَّخِذُوا۟ ٱلْيَهُودَ وَٱلنَّصَٰرَىٰٓ أَوْلِيَآءَ ۘ
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi bolo(mu)".
atau dalam QS Al Mumtahanah 1:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لَا تَتَّخِذُوا۟ عَدُوِّى وَعَدُوَّكُمْ أَوْلِيَآءَ
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil musuh-Ku dan musuhmu menjadi bolo".
atau dalam QS An Nisa' 119:
وَمَن يَتَّخِذِ ٱلشَّيْطَٰنَ وَلِيًّا مِّن دُونِ ٱللَّهِ فَقَدْ خَسِرَ خُسْرَانًا مُّبِينًا
"Barangsiapa yang menjadikan syaitan menjadi bolo selain Allah, maka sesungguhnya ia menderita kerugian yang nyata".
6- Penolong (الناصر)
Ini misalnya dalam QS Al Maidah 55:
إِنَّمَا وَلِيُّكُمُ ٱللَّهُ وَرَسُولُهُۥ وَٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟
"Sesungguhnya penolong kamu hanyalah Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman".
atau dalam QS Al Baqoroh 257:
ٱللَّهُ وَلِىُّ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟
"Allah Penolong orang-orang yang beriman".
Sumber:
الوجوه والنظائر في القرآن الكريم لأبي هلال العسكري، دار الكتب العلمية، ص ٣٣٧.
nb:
1- Terjemah menyesuaikan pemaknaan Abu Hilal Al Askari.
2- Pemaknaan ini juga termasuk tafsir, bisa saja ditolak.
Sumber dari beranda FB M. Afifudin Dimyathi
Blog Zone
04.12.00
Makna Kata "Walyy" dalam Alquran Menurut Abu Hilal Al Askary:
Secara bahasa "walyy" (وليّ) adalah lawan dari kata "aduww" (عدوّ)/musuh.
Abu Hilal Al Askary dalam al wujuuh wa an nadhaair fil qur'an al karim mengatakan bahwa kata walyy dalam Alquran mempunyai 6 makna tergantung konteks ayat yang menyebutnya, yaitu sbb:
1- Anak laki2 (الولد)
ini berada dalam QS Maryam, 5:
فَهَبْ لِى مِن لَّدُنكَ وَلِيًّا
"maka anugerahilah aku dari sisi Engkau seorang putera"
2- Teman/Sahabat (الصاحب)
Ini berada misalnya dalam QS Al Isro', 111:
وَلَمْ يَكُن لَّهُۥ وَلِىٌّ مِّنَ ٱلذُّلِّ ۖ
dan Dia bukan pula hina yang memerlukan teman (yang memenangkannya).
atau dalam QS Al Kahfi, 17:
ۖ وَمَن يُضْلِلْ فَلَن تَجِدَ لَهُۥ وَلِيًّا مُّرْشِدًا
maka kamu tidak akan mendapatkan seorang temanpun yang dapat memberi petunjuk kepadanya.
dalam kedua ayat di atas, kata al walyy juga bisa dipahami dengan makna lawan dari musuh.
3- Kerabat/Teman Dekat (القريب)
Ini berada dalam QS Hud, 20:
وَمَا كَانَ لَهُم مِّن دُونِ ٱللَّهِ مِنْ أَوْلِيَآءَ ۘ
"Dan sekali-kali tidak ada bagi mereka kerabat selain Allah"
4- Tuhan (ربّ)
Ini berada dalam QS Al An'am 14:
قُلْ أَغَيْرَ ٱللَّهِ أَتَّخِذُ وَلِيًّا
Katakanlah: "Apakah akan aku jadikan Tuhan selain dari Allah".
Ayat-ayat yang sejenis ini banyak.
5- Lawan Dari Musuh (ضد العدوّ) (jawa: Bolo).
Ini semisal dalam QS Al Maidah 51:
۞ يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لَا تَتَّخِذُوا۟ ٱلْيَهُودَ وَٱلنَّصَٰرَىٰٓ أَوْلِيَآءَ ۘ
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi bolo(mu)".
atau dalam QS Al Mumtahanah 1:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لَا تَتَّخِذُوا۟ عَدُوِّى وَعَدُوَّكُمْ أَوْلِيَآءَ
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil musuh-Ku dan musuhmu menjadi bolo".
atau dalam QS An Nisa' 119:
وَمَن يَتَّخِذِ ٱلشَّيْطَٰنَ وَلِيًّا مِّن دُونِ ٱللَّهِ فَقَدْ خَسِرَ خُسْرَانًا مُّبِينًا
"Barangsiapa yang menjadikan syaitan menjadi bolo selain Allah, maka sesungguhnya ia menderita kerugian yang nyata".
6- Penolong (الناصر)
Ini misalnya dalam QS Al Maidah 55:
إِنَّمَا وَلِيُّكُمُ ٱللَّهُ وَرَسُولُهُۥ وَٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟
"Sesungguhnya penolong kamu hanyalah Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman".
atau dalam QS Al Baqoroh 257:
ٱللَّهُ وَلِىُّ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟
"Allah Penolong orang-orang yang beriman".
Sumber:
الوجوه والنظائر في القرآن الكريم لأبي هلال العسكري، دار الكتب العلمية، ص ٣٣٧.
nb:
1- Terjemah menyesuaikan pemaknaan Abu Hilal Al Askari.
2- Pemaknaan ini juga termasuk tafsir, bisa saja ditolak.
Sumber dari beranda FB M. Afifudin Dimyathi
ARTIKEL
Blog Zone
11.55.00
Anak yang memberontak biasanya disebabkan oleh keadaan yang membuatnya tidak nyaman atau ingin mengungkapkan ketidaksetujuannya terhadap sesuatu. Mengatasi anak yang memberontak secara efektif sudah tentu harus dilihat terlebih dahulu penyebab dari mengapa anak kita melakukan pemberontakan. Untuk mengetahui penyebabnya ini dibutuhkan ketenangan dari orangtua; tidak jarang orangtua justru panik ketika anaknya menunjukkan sikap memberontak sehingga yang terjadi akhirnya orangtua mengambil jalan pintas dalam mengatasi anaknya, yakni membentak atau menunjukkan kemarahan.
Di antara penyebab anak memberontak adalah sebagai berikut:
1. Perbedaan Sikap Kedua Orangtua
Tidak jarang seorang ayah menghendaki anaknya harus berbuat begini, akan tetapi ibunya menghendaki anaknya harus berbuat begitu. Perbedaan sikap dari kedua orangtua biasa terjadi berkaitan dengan cara mendidik atau cara menanamkan nilai tertentu dari orangtua kepada anak. Meskipun keduanya bertujuan baik, namun perbedaan sikap dari kedua orangtua akan membuat anak merasa bingung dalam menyikapi kedua orangtuanya. Kebingungan pada diri sang anak biasanya diwujudkan dengan sikap memberontak. Bila hal ini yang menjadi penyebab anak memberontak, sudah tentu kedua orangtua harus segera menemukan titik temu dalam bersikap kepada sang anak.
2. Orangtua Bertindak Tidak Adil
Sikap orangtua yang bertindak tidak adil kepada anak ini terjadi kalau orangtua sudah mempunyai anak lebih dari satu. Kepada anak yang pertama, misalnya, orangtua memberikan rasa sayang yang lebih dibanding dengan anak yang kedua; atau sebaliknya. Sikap dari orangtua yang membedakan anak yang satu dengan yang lainnya bisa menumbuhkan rasa iri—bahkan dendam—dalam hati sang anak. Pada saat seperti ini, sesungguhnya orangtua secara tidak langsung juga mengajarkan sifat yang tidak baik tersebut kepada anaknya. Akhirnya, rasa iri—bahkan dendam—yang ada pada diri anak yang merasa diperlakukan tidak adil oleh orangtua mendorongnya untuk menunjukkan atau melawan ketidakadilan tersebut dengan memberontak.
Demikian dan semoga bermanfaat.
Salam keluarga bahagia,
Akhmad Muhaimin Azzet
Di antara penyebab anak memberontak adalah sebagai berikut:
1. Perbedaan Sikap Kedua Orangtua
Tidak jarang seorang ayah menghendaki anaknya harus berbuat begini, akan tetapi ibunya menghendaki anaknya harus berbuat begitu. Perbedaan sikap dari kedua orangtua biasa terjadi berkaitan dengan cara mendidik atau cara menanamkan nilai tertentu dari orangtua kepada anak. Meskipun keduanya bertujuan baik, namun perbedaan sikap dari kedua orangtua akan membuat anak merasa bingung dalam menyikapi kedua orangtuanya. Kebingungan pada diri sang anak biasanya diwujudkan dengan sikap memberontak. Bila hal ini yang menjadi penyebab anak memberontak, sudah tentu kedua orangtua harus segera menemukan titik temu dalam bersikap kepada sang anak.
2. Orangtua Bertindak Tidak Adil
Sikap orangtua yang bertindak tidak adil kepada anak ini terjadi kalau orangtua sudah mempunyai anak lebih dari satu. Kepada anak yang pertama, misalnya, orangtua memberikan rasa sayang yang lebih dibanding dengan anak yang kedua; atau sebaliknya. Sikap dari orangtua yang membedakan anak yang satu dengan yang lainnya bisa menumbuhkan rasa iri—bahkan dendam—dalam hati sang anak. Pada saat seperti ini, sesungguhnya orangtua secara tidak langsung juga mengajarkan sifat yang tidak baik tersebut kepada anaknya. Akhirnya, rasa iri—bahkan dendam—yang ada pada diri anak yang merasa diperlakukan tidak adil oleh orangtua mendorongnya untuk menunjukkan atau melawan ketidakadilan tersebut dengan memberontak.
Demikian dan semoga bermanfaat.
Salam keluarga bahagia,
Akhmad Muhaimin Azzet
ARTIKEL
Meskipun banyak orang tua yang mengetahui, bahwa mendidik anak merupakan tanggung jawab yang besar, tetapi masih banyak orang tua yang lalai dan menganggap remeh masalah ini. Sehingga mengabaikan masalah pendidikan anak ini, sedikitpun tidak menaruh perhatian terhadap perkembangan anak-anaknya.
Baru kemudian, ketika anak-anak berbuat durhaka, melawan orang tua, atau menyimpang dari aturan agama dan tatanan sosial, banyak orang tua mulai kebakaran jenggot atau justru menyalahkan anaknya. Tragisnya, banyak yang tidak sadar, bahwa sebenarnya orang tuanyalah yang menjadi penyebab utama munculnya sikap durhaka itu.
Lalai atau salah dalam mendidik anak itu bermacam-macam bentuknya ; yang tanpa kita sadari memberi andil munculnya sikap durhaka kepada orang tua, maupun kenakalan remaja.
Berikut ini sepuluh bentuk kesalahan yang sering dilakukan oleh orang tua dalam mendidik anak-anaknya.
[1]. Menumbuhkan Rasa Takut Dan Minder Pada Anak
Kadang, ketika anak menangis, kita menakut-nakuti mereka agar berhenti menangis. Kita takuti mereka dengan gambaran hantu, jin, suara angin dan lain-lain. Dampaknya, anak akan tumbuh menjadi seorang penakut : Takut pada bayangannya sendiri, takut pada sesuatu yang sebenarnya tidak perlu ditakuti. Misalnya takut ke kamar mandi sendiri, takut tidur sendiri karena seringnya mendengar cerita-cerita tentang hantu, jin dan lain-lain.
Dan yang paling parah tanpa disadari, kita telah menanamkan rasa takut kepada dirinya sendiri. Atau misalnya, kita khawatir ketika mereka jatuh dan ada darah di wajahnya, tangan atau lututnya. Padahal semestinya, kita bersikap tenang dan menampakkan senyuman menghadapi ketakutan anak tersebut. Bukannya justru menakut-nakutinya, menampar wajahnya, atau memarahinya serta membesar-besarkan masalah. Akibatnya, anak-anak semakin keras tangisnya, dan akan terbiasa menjadi takut apabila melihat darah atau merasa sakit.
[2]. Mendidiknya Menjadi Sombong, Panjang Lidah, Congkak Terhadap Orang Lain. Dan Itu Dianggap Sebagai Sikap Pemberani.
Kesalahan ini merupakan kebalikan point pertama. Yang benar ialah bersikap tengah-tengah, tidak berlebihan dan tidak dikurang-kurangi. Berani tidak harus dengan bersikap sombong atau congkak kepada orang lain. Tetapi, sikap berani yang selaras tempatnya dan rasa takut apabila memang sesuatu itu harus ditakuti. Misalnya : takut berbohong, karena ia tahu, jika Allah tidak suka kepada anak yang suka berbohong, atau rasa takut kepada binatang buas yang membahayakan. Kita didik anak kita untuk berani dan tidak takut dalam mengamalkan kebenaran.
[3]. Membiasakan Anak-Anak Hidup Berfoya-foya, Bermewah-mewah Dan Sombong.
Dengan kebiasaan ini, sang anak bisa tumbuh menjadi anak yang suka kemewahan, suka bersenang-senang. Hanya mementingkan dirinya sendiri, tidak peduli terhadap keadaan orang lain. Mendidik anak seperti ini dapat merusak fitrah, membunuh sikap istiqomah dalam bersikap zuhud di dunia, membinasakah muru’ah (harga diri) dan kebenaran.
[4]. Selalu Memenuhi Permintaan Anak
Sebagian orang tua ada yang selalu memberi setiap yang diinginkan anaknya, tanpa memikirkan baik dan buruknya bagi anak. Padahal, tidak setiap yang diinginkan anaknya itu bermanfaat atau sesuai dengan usia dan kebutuhannya. Misalnya si anak minta tas baru yang sedang trend, padahal baru sebulan yang lalu orang tua membelikannya tas baru. Hal ini hanya akan menghambur-hamburkan uang. Kalau anak terbiasa terpenuhi segala permintaanya, maka mereka akan tumbuh menjadi anak yang tidak peduli pada nilai uang dan beratnya mencari nafkah. Serta mereka akan menjadi orang yang tidak bisa membelanjakan uangnya dengan baik.
[5]. Selalu Memenuhi Permintaan Anak, Ketika Menangis, Terutama Anak Yang Masih Kecil.
Sering terjadi, anak kita yang masih kecil minta sesuatu. Jika kita menolaknya karena suatu alasan, ia akan memaksa atau mengeluarkan senjatanya, yaitu menangis. Akhirnya, orang tua akan segera memenuhi permintaannya karena kasihan atau agar anak segera berhenti menangis. Hal ini dapat menyebabkan sang anak menjadi lemah, cengeng dan tidak punya jati diri.
[6]. Terlalu Keras Dan Kaku Dalam Menghadapi Mereka, Melebihi Batas Kewajaran.
Misalnya dengan memukul mereka hingga memar, memarahinya dengan bentakan dan cacian, ataupun dengan cara-cara keras lainnya. Ini kadang terjadi ketika sang anak sengaja berbuat salah. Padahal ia (mungkin) baru sekali melakukannya.
[7]. Terlalu Pelit Pada Anak-Anak, Melebihi Batas Kewajaran
Ada juga orang tua yang terlalu pelit kepada anak-anaknya, hingga anak-anaknya merasa kurang terpenuhi kebutuhannya. Pada akhirnya mendorong anak-anak itu untuk mencari uang sendiri dengan bebagai cara. Misalnya : dengan mencuri, meminta-minta pada orang lain, atau dengan cara lain. Yang lebih parah lagi, ada orang tua yang tega menitipkan anaknya ke panti asuhan untuk mengurangi beban dirinya. Bahkan, ada pula yang tega menjual anaknya, karena merasa tidak mampu membiayai hidup. Naa’udzubillah mindzalik
[8]. Tidak Mengasihi Dan Menyayangi Mereka, Sehingga Membuat Mereka Mencari Kasih Sayang Diluar Rumah Hingga Menemukan Yang Dicarinya.
Fenomena demikian ini banyak terjadi. Telah menyebabkan anak-anak terjerumus ke dalam pergaulan bebas –waiyadzubillah-. Seorang anak perempuan misalnya, karena tidak mendapat perhatian dari keluarganya ia mencari perhatian dari laki-laki di luar lingkungan keluarganya. Dia merasa senang mendapatkan perhatian dari laki-laki itu, karena sering memujinya, merayu dan sebagainya. Hingga ia rela menyerahkan kehormatannya demi cinta semu.
[9]. Hanya Memperhatikan Kebutuhan Jasmaninya Saja.
Banyak orang tua yang mengira, bahwa mereka telah memberikan yang terbaik untuk anak-anaknya. Banyak orang tua merasa telah memberikan pendidikan yang baik, makanan dan minuman yang bergizi, pakaian yang bagus dan sekolah yang berkualitas. Sementara itu, tidak ada upaya untuk mendidik anak-anaknya agar beragama secara benar serta berakhlak mulia. Orang tua lupa, bahwa anak tidak cukup hanya diberi materi saja. Anak-anak juga membutuhkan perhatian dan kasih sayang. Bila kasih sayang tidak di dapatkan dirumahnya, maka ia akan mencarinya dari orang lain.
[10]. Terlalu Berprasangka Baik Kepada Anak-Anaknya
Ada sebagian orang tua yang selalu berprasangka baik kepada anak-anaknya. Menyangka, bila anak-anaknya baik-baik saja dan merasa tidak perlu ada yang dikhawatirkan, tidak pernah mengecek keadaan anak-anaknya, tidak mengenal teman dekat anaknya, atau apa saja aktifitasnya. Sangat percaya kepada anak-anaknya. Ketika tiba-tiba, mendapati anaknya terkena musibah atau gejala menyimpang, misalnya terkena narkoba, barulah orang tua tersentak kaget. Berusaha menutup-nutupinya serta segera memaafkannya. Akhirnya yang tersisa hanyalan penyesalan tak berguna.
Demikianlah sepuluh kesalahan yang sering dilakukan orang tua. Yang mungkin kita juga tidak menyadari bila telah melakukannya. Untuk itu, marilah berusaha untuk terus menerus mencari ilmu, terutama berkaitan dengan pendidikan anak, agar kita terhindar dari kesalahan-kesalahan dalam mendidik anak, yang bisa menjadi fatal akibatnya bagi masa depan mereka. Kita selalu berdo’a, semoga anak-anak kita tumbuh menjadi generasi shalih dan shalihah serta berakhlak mulia. Wallahu a’lam bishshawab.
Blog Zone
11.52.00
Meskipun banyak orang tua yang mengetahui, bahwa mendidik anak merupakan tanggung jawab yang besar, tetapi masih banyak orang tua yang lalai dan menganggap remeh masalah ini. Sehingga mengabaikan masalah pendidikan anak ini, sedikitpun tidak menaruh perhatian terhadap perkembangan anak-anaknya.
Baru kemudian, ketika anak-anak berbuat durhaka, melawan orang tua, atau menyimpang dari aturan agama dan tatanan sosial, banyak orang tua mulai kebakaran jenggot atau justru menyalahkan anaknya. Tragisnya, banyak yang tidak sadar, bahwa sebenarnya orang tuanyalah yang menjadi penyebab utama munculnya sikap durhaka itu.
Lalai atau salah dalam mendidik anak itu bermacam-macam bentuknya ; yang tanpa kita sadari memberi andil munculnya sikap durhaka kepada orang tua, maupun kenakalan remaja.
Berikut ini sepuluh bentuk kesalahan yang sering dilakukan oleh orang tua dalam mendidik anak-anaknya.
[1]. Menumbuhkan Rasa Takut Dan Minder Pada Anak
Kadang, ketika anak menangis, kita menakut-nakuti mereka agar berhenti menangis. Kita takuti mereka dengan gambaran hantu, jin, suara angin dan lain-lain. Dampaknya, anak akan tumbuh menjadi seorang penakut : Takut pada bayangannya sendiri, takut pada sesuatu yang sebenarnya tidak perlu ditakuti. Misalnya takut ke kamar mandi sendiri, takut tidur sendiri karena seringnya mendengar cerita-cerita tentang hantu, jin dan lain-lain.
Dan yang paling parah tanpa disadari, kita telah menanamkan rasa takut kepada dirinya sendiri. Atau misalnya, kita khawatir ketika mereka jatuh dan ada darah di wajahnya, tangan atau lututnya. Padahal semestinya, kita bersikap tenang dan menampakkan senyuman menghadapi ketakutan anak tersebut. Bukannya justru menakut-nakutinya, menampar wajahnya, atau memarahinya serta membesar-besarkan masalah. Akibatnya, anak-anak semakin keras tangisnya, dan akan terbiasa menjadi takut apabila melihat darah atau merasa sakit.
[2]. Mendidiknya Menjadi Sombong, Panjang Lidah, Congkak Terhadap Orang Lain. Dan Itu Dianggap Sebagai Sikap Pemberani.
Kesalahan ini merupakan kebalikan point pertama. Yang benar ialah bersikap tengah-tengah, tidak berlebihan dan tidak dikurang-kurangi. Berani tidak harus dengan bersikap sombong atau congkak kepada orang lain. Tetapi, sikap berani yang selaras tempatnya dan rasa takut apabila memang sesuatu itu harus ditakuti. Misalnya : takut berbohong, karena ia tahu, jika Allah tidak suka kepada anak yang suka berbohong, atau rasa takut kepada binatang buas yang membahayakan. Kita didik anak kita untuk berani dan tidak takut dalam mengamalkan kebenaran.
[3]. Membiasakan Anak-Anak Hidup Berfoya-foya, Bermewah-mewah Dan Sombong.
Dengan kebiasaan ini, sang anak bisa tumbuh menjadi anak yang suka kemewahan, suka bersenang-senang. Hanya mementingkan dirinya sendiri, tidak peduli terhadap keadaan orang lain. Mendidik anak seperti ini dapat merusak fitrah, membunuh sikap istiqomah dalam bersikap zuhud di dunia, membinasakah muru’ah (harga diri) dan kebenaran.
[4]. Selalu Memenuhi Permintaan Anak
Sebagian orang tua ada yang selalu memberi setiap yang diinginkan anaknya, tanpa memikirkan baik dan buruknya bagi anak. Padahal, tidak setiap yang diinginkan anaknya itu bermanfaat atau sesuai dengan usia dan kebutuhannya. Misalnya si anak minta tas baru yang sedang trend, padahal baru sebulan yang lalu orang tua membelikannya tas baru. Hal ini hanya akan menghambur-hamburkan uang. Kalau anak terbiasa terpenuhi segala permintaanya, maka mereka akan tumbuh menjadi anak yang tidak peduli pada nilai uang dan beratnya mencari nafkah. Serta mereka akan menjadi orang yang tidak bisa membelanjakan uangnya dengan baik.
[5]. Selalu Memenuhi Permintaan Anak, Ketika Menangis, Terutama Anak Yang Masih Kecil.
Sering terjadi, anak kita yang masih kecil minta sesuatu. Jika kita menolaknya karena suatu alasan, ia akan memaksa atau mengeluarkan senjatanya, yaitu menangis. Akhirnya, orang tua akan segera memenuhi permintaannya karena kasihan atau agar anak segera berhenti menangis. Hal ini dapat menyebabkan sang anak menjadi lemah, cengeng dan tidak punya jati diri.
[6]. Terlalu Keras Dan Kaku Dalam Menghadapi Mereka, Melebihi Batas Kewajaran.
Misalnya dengan memukul mereka hingga memar, memarahinya dengan bentakan dan cacian, ataupun dengan cara-cara keras lainnya. Ini kadang terjadi ketika sang anak sengaja berbuat salah. Padahal ia (mungkin) baru sekali melakukannya.
[7]. Terlalu Pelit Pada Anak-Anak, Melebihi Batas Kewajaran
Ada juga orang tua yang terlalu pelit kepada anak-anaknya, hingga anak-anaknya merasa kurang terpenuhi kebutuhannya. Pada akhirnya mendorong anak-anak itu untuk mencari uang sendiri dengan bebagai cara. Misalnya : dengan mencuri, meminta-minta pada orang lain, atau dengan cara lain. Yang lebih parah lagi, ada orang tua yang tega menitipkan anaknya ke panti asuhan untuk mengurangi beban dirinya. Bahkan, ada pula yang tega menjual anaknya, karena merasa tidak mampu membiayai hidup. Naa’udzubillah mindzalik
[8]. Tidak Mengasihi Dan Menyayangi Mereka, Sehingga Membuat Mereka Mencari Kasih Sayang Diluar Rumah Hingga Menemukan Yang Dicarinya.
Fenomena demikian ini banyak terjadi. Telah menyebabkan anak-anak terjerumus ke dalam pergaulan bebas –waiyadzubillah-. Seorang anak perempuan misalnya, karena tidak mendapat perhatian dari keluarganya ia mencari perhatian dari laki-laki di luar lingkungan keluarganya. Dia merasa senang mendapatkan perhatian dari laki-laki itu, karena sering memujinya, merayu dan sebagainya. Hingga ia rela menyerahkan kehormatannya demi cinta semu.
[9]. Hanya Memperhatikan Kebutuhan Jasmaninya Saja.
Banyak orang tua yang mengira, bahwa mereka telah memberikan yang terbaik untuk anak-anaknya. Banyak orang tua merasa telah memberikan pendidikan yang baik, makanan dan minuman yang bergizi, pakaian yang bagus dan sekolah yang berkualitas. Sementara itu, tidak ada upaya untuk mendidik anak-anaknya agar beragama secara benar serta berakhlak mulia. Orang tua lupa, bahwa anak tidak cukup hanya diberi materi saja. Anak-anak juga membutuhkan perhatian dan kasih sayang. Bila kasih sayang tidak di dapatkan dirumahnya, maka ia akan mencarinya dari orang lain.
[10]. Terlalu Berprasangka Baik Kepada Anak-Anaknya
Ada sebagian orang tua yang selalu berprasangka baik kepada anak-anaknya. Menyangka, bila anak-anaknya baik-baik saja dan merasa tidak perlu ada yang dikhawatirkan, tidak pernah mengecek keadaan anak-anaknya, tidak mengenal teman dekat anaknya, atau apa saja aktifitasnya. Sangat percaya kepada anak-anaknya. Ketika tiba-tiba, mendapati anaknya terkena musibah atau gejala menyimpang, misalnya terkena narkoba, barulah orang tua tersentak kaget. Berusaha menutup-nutupinya serta segera memaafkannya. Akhirnya yang tersisa hanyalan penyesalan tak berguna.
Demikianlah sepuluh kesalahan yang sering dilakukan orang tua. Yang mungkin kita juga tidak menyadari bila telah melakukannya. Untuk itu, marilah berusaha untuk terus menerus mencari ilmu, terutama berkaitan dengan pendidikan anak, agar kita terhindar dari kesalahan-kesalahan dalam mendidik anak, yang bisa menjadi fatal akibatnya bagi masa depan mereka. Kita selalu berdo’a, semoga anak-anak kita tumbuh menjadi generasi shalih dan shalihah serta berakhlak mulia. Wallahu a’lam bishshawab.
ARTIKEL
Blog Zone
11.50.00
Dalam kehidupan berkeluarga, setiap orang tua tentu mengharapkan anak-anaknya dapat tumbuh menjadi anak-anak yang baik, dapat dibanggakan dan mempunyai karakter atau sifat-sifat yang positif dalam segala hal. Kebanyakan orang tua akan melakukan segalanya demi membahagiakan anak-anak mereka dengan memberikan segalanya yang mereka inginkan, namun ternyata hal ini tidak selalu baik dalam proses mendidik anak. Banyak anak yang dibiasakan hidup dengan kenyamanan dan tidak pernah merasa sulit dalam hidupnya cenderung menjadi manja dan tidak dapat mandiri. Sebagai orang tua, kita perlu berhati-hati dalam pengasuhan anak pada masa perkembangannya karena setiap didikan kita dapat berpengaruh besar bagi kehidupan sang anak di masa depan. Berikut adalah tips bagaimana mendidik anak dengan baik agar tidak manja, keras kepala dan dapat menjadi mandiri.
1. Jangan menuruti semua keinginan anak
Walaupun Anda sangat mencintai anak Anda, menuruti semua keinginannya bukanlah cara mendidik anak dengan benar. Tindakan tersebut hanya akan membuat anak Anda menjadi anak yang manja dan selalu mengandalkan orang lain. Jika sejak kecil anak sudah dimanjakan dengan mengikuti semua keinginannya, dampak ke depannya anak akan menjadi anak yang tidak mandiri dan malas karena selalu berpikir ada orang tua yang akan memberikan semua yang diinginkannya. Biasakanlah anak Anda untuk berusaha mengerjakan tugas mereka sendiri agar mereka dapat belajar bertanggung jawab untuk diri mereka sendiri.
2. Jangan terlalu banyak melarang
Rasa keingintahuan anak terhadap dunianya sering kali membuat mereka ingin mencoba melakukannya secara leluasa. Ketakutan orang tua adalah jika hal-hal terburuk terjadi pada anak Anda. Makanya kebanyakan orang tua memberi larangan atau batasan terhadap suatu hal yang bisa membahayakan anak. Larangan hanya membuat rasa penasaran bagi anak untuk melakukannya dan dapat menjadikan anak berbohong kepada orang tuanya. Komunikasi dua arah adalah solusi terbaik untuk mengingatkan anak alih-alih melarang anak melakukan hal-hal yang ingin mereka lakukan. Beri tahu mereka tentang risiko yang mungkin terjadi dan mintalah anak Anda untuk berhati-hati.
3. Ajar anak untuk tidak berbohong
Jangan sekali-kali memberikan contoh pada anak Anda untuk berbohong. Ajar mereka untuk selalu terbuka tentang keadaannya dalam segala hal, baik itu menyangkut perasaannya, atau kendala-kendala yang dihadapinya. Jangan membiasakan anak Anda tertutup tentang perasaan mereka terhadap Anda. Dengan cara ini, Anda sudah mendidik anak Anda untuk bertindak jujur dalam kehidupannya.
4. Jangan sekali-kali menghukum dengan kekerasan fisik
Sering kali Anda sebagai orang tua merasa marah atau kesal terhadap ulah atau kelakuan anak-anak Anda yang buruk dan cara ampuh untuk membuat anak jera adalah dengan hukuman fisik. Salah satu contoh tindakan hukuman fisik yang sering dilakukan kebanyakan orang tua adalah memukulnya. Entah itu menggunakan tangan, kaki atau benda-benda lainnya yang dapat Anda gunakan untuk memukul anak Anda. Hal tersebut sama sekali tidak dibenarkan. Jika Anda memiliki anak kecil dan ketika mereka melakukan suatu kesalahan, Anda dapat memberi tahu secara baik-baik dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh mereka tanpa memberikan hukuman fisik dan jika Anda memiliki anak yang usianya mungkin sudah beranjak remaja atau sudah mengerti keadaan, Anda bisa menerapkan sistem disiplin terhadap mereka. Kekerasan fisik hanya akan membuat jiwa anak Anda terluka, bukan hanya fisik atau tubuh mereka yang terluka. Dan itu akan berdampak negatif pada pertumbuhan jasmani dan emosi mereka. Hukuman fisik dalam bentuk apapun hanya akan menakutinya dan akan membuat anak semakin tidak menghormati Anda, menjadi keras kepala dan memberontak terhadap Anda.
5. Kasih dan perhatian
Seorang anak akan merasa nyaman dan bahagia apabila orang tua mereka menunjukkan kasih dan perhatian pada saat anak memang membutuhkan hal itu. Kepedulian orang tua dalam hal sekecil apapun bisa membantu orang tua dalam mendidik anak. Perhatian bukan berarti berbicara tentang bagaimana Anda sebagai orang tua bisa memberikan materi atau barang-barang kesukaan anak, tetapi juga dalam tindakan, misalnya yang dapat Anda lakukan adalah ketika anak Anda belajar, saat itulah Anda bisa menunjukkan perhatian dan kasih Anda dengan cara menemani mereka, walaupun hanya sekadar duduk di sebelah mereka. Dengan demikian anak Anda akan lebih bersemangat dalam belajar dan apabila ada kesulitan, Anda dapat membantu anak memecahkannya.
Menjadi orang tua adalah tugas dan tanggung jawab yang mulia. Jadilah orang tua yang dapat dibanggakan oleh anak Anda. Didiklah anak Anda dengan baik, maka anak Anda akan memberikan sukacita bagi Anda dan keluarga.
1. Jangan menuruti semua keinginan anak
Walaupun Anda sangat mencintai anak Anda, menuruti semua keinginannya bukanlah cara mendidik anak dengan benar. Tindakan tersebut hanya akan membuat anak Anda menjadi anak yang manja dan selalu mengandalkan orang lain. Jika sejak kecil anak sudah dimanjakan dengan mengikuti semua keinginannya, dampak ke depannya anak akan menjadi anak yang tidak mandiri dan malas karena selalu berpikir ada orang tua yang akan memberikan semua yang diinginkannya. Biasakanlah anak Anda untuk berusaha mengerjakan tugas mereka sendiri agar mereka dapat belajar bertanggung jawab untuk diri mereka sendiri.
2. Jangan terlalu banyak melarang
Rasa keingintahuan anak terhadap dunianya sering kali membuat mereka ingin mencoba melakukannya secara leluasa. Ketakutan orang tua adalah jika hal-hal terburuk terjadi pada anak Anda. Makanya kebanyakan orang tua memberi larangan atau batasan terhadap suatu hal yang bisa membahayakan anak. Larangan hanya membuat rasa penasaran bagi anak untuk melakukannya dan dapat menjadikan anak berbohong kepada orang tuanya. Komunikasi dua arah adalah solusi terbaik untuk mengingatkan anak alih-alih melarang anak melakukan hal-hal yang ingin mereka lakukan. Beri tahu mereka tentang risiko yang mungkin terjadi dan mintalah anak Anda untuk berhati-hati.
3. Ajar anak untuk tidak berbohong
Jangan sekali-kali memberikan contoh pada anak Anda untuk berbohong. Ajar mereka untuk selalu terbuka tentang keadaannya dalam segala hal, baik itu menyangkut perasaannya, atau kendala-kendala yang dihadapinya. Jangan membiasakan anak Anda tertutup tentang perasaan mereka terhadap Anda. Dengan cara ini, Anda sudah mendidik anak Anda untuk bertindak jujur dalam kehidupannya.
4. Jangan sekali-kali menghukum dengan kekerasan fisik
Sering kali Anda sebagai orang tua merasa marah atau kesal terhadap ulah atau kelakuan anak-anak Anda yang buruk dan cara ampuh untuk membuat anak jera adalah dengan hukuman fisik. Salah satu contoh tindakan hukuman fisik yang sering dilakukan kebanyakan orang tua adalah memukulnya. Entah itu menggunakan tangan, kaki atau benda-benda lainnya yang dapat Anda gunakan untuk memukul anak Anda. Hal tersebut sama sekali tidak dibenarkan. Jika Anda memiliki anak kecil dan ketika mereka melakukan suatu kesalahan, Anda dapat memberi tahu secara baik-baik dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh mereka tanpa memberikan hukuman fisik dan jika Anda memiliki anak yang usianya mungkin sudah beranjak remaja atau sudah mengerti keadaan, Anda bisa menerapkan sistem disiplin terhadap mereka. Kekerasan fisik hanya akan membuat jiwa anak Anda terluka, bukan hanya fisik atau tubuh mereka yang terluka. Dan itu akan berdampak negatif pada pertumbuhan jasmani dan emosi mereka. Hukuman fisik dalam bentuk apapun hanya akan menakutinya dan akan membuat anak semakin tidak menghormati Anda, menjadi keras kepala dan memberontak terhadap Anda.
5. Kasih dan perhatian
Seorang anak akan merasa nyaman dan bahagia apabila orang tua mereka menunjukkan kasih dan perhatian pada saat anak memang membutuhkan hal itu. Kepedulian orang tua dalam hal sekecil apapun bisa membantu orang tua dalam mendidik anak. Perhatian bukan berarti berbicara tentang bagaimana Anda sebagai orang tua bisa memberikan materi atau barang-barang kesukaan anak, tetapi juga dalam tindakan, misalnya yang dapat Anda lakukan adalah ketika anak Anda belajar, saat itulah Anda bisa menunjukkan perhatian dan kasih Anda dengan cara menemani mereka, walaupun hanya sekadar duduk di sebelah mereka. Dengan demikian anak Anda akan lebih bersemangat dalam belajar dan apabila ada kesulitan, Anda dapat membantu anak memecahkannya.
Menjadi orang tua adalah tugas dan tanggung jawab yang mulia. Jadilah orang tua yang dapat dibanggakan oleh anak Anda. Didiklah anak Anda dengan baik, maka anak Anda akan memberikan sukacita bagi Anda dan keluarga.
ARTIKEL
Blog Zone
11.46.00
Memiliki anak yang baik dalam bersikap, cerdas, dan patuh adalah impian siapa saja. Maka dari itu intuk memilki anak dengan kriteria di atas adalah sepenuhnya tanggung jawab orang tua dalam mendidik anak sedini mungkin. Lantas bagaimanakah cara mendidik anak yang baik dan benar?. Secara teori hal itu tampak mudah namun dalam penerapanya tidak semua orangtua berhasil melakukanya.
Cara mendidik anak harus dipahami secara menyeluruh bukan hanya sepenggal-sepenggal saja. Agar anak tumbuh dengan utuh baik secara intelektual, spiritual, dan emosional. Maka mendidik anak seharusnya berupa upaya mengajak dan memotivasi anak kearah positif untuk berani meenukan hal-hal baru secara intelektual, spiritual, dan emosionalnya. Ketiganya jangan dipisahkan apalagi dihilangkan.
Kesalahan yang umum dilakukan orangtua adalah mereka merasa telah cukup hanya dengan memasukan anak kesekolah. Toh mereka juga diajari di sekolahan berbagail hal. Pada posisi ini maka kemungkinan gagal dalam mendidik anak sudah di depan mata. Seharusnya tanggung jawab sebagai orang tua dalam mencetak anak yang berkualitas tidak bisa sampai disitu saja. Apa saja yang harus dilakukan?.
1. Ajarkan Kemandirian dan Tanggung Jawab Sejak Usia Dini
Umumnya orang tua memiliki rasa khawatir yang berlebihan pada anak. Maka jangan lagi terlalu berlebihan mengkhawatirkan anak serta over protektif. Belajarlah untuk mempercayai buah hati anda namun tetap memantau dari jauh tanpa pengekangan maupun melindungi kesalahan yang dilakukan. Ajarkan pada buah hati anda mengetahui benda-benda miliknya serta merapikanya setelah bermain. Ketika sudah masuk masa sekolah ajarkan mereka untuk mempersiapkan keperluanya, beri uang saku dengan diarahkan untuk disisihkan sebagai tabungan.
2. Ajarkan dan Tumbuhkan Rasa Ingin Tahu Anak
Pada usia anak-anak mereka memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Ketika melihal benda-benda atau sesuatu yang belum pernah dilihat dan pahami maka biasanya mereka akan bertanya.
Sebagai orang tua anda harus menjawab dengan menjelasan yang mudah dipahami. Jika anda tidak tau akan hal itu jangan berbohong, berusahalah menjelaskan selogis mungkin. Hindari mengatakan "Tidak tahu" bisa saja mengalihkan dengan menyanggupi untuk mencari informasi tersebut. Jika buah hati anda termasuk yang tidak suka bertanya maka anda bisa memberikan umpan dengan memberikan penjelasan tanpa ditanya. Misalnya "itu adalah Gajah, hewan ini suka makan rumput dan memiliki hidung yang panjang" seperti itu.
3. Ajarkan dan Tumbuhkan Kemampuan Berpendapat Anak
Umumnya orang tua acuh terhadap pendapat anak. Mereka terlalu menganggap tidak penting pendapat anak-anak. Padahal ketika pendapat anak tidak dipedulikan maka bisa berdampak menjadikan anak minder tidak berani berpendapat. Sebagai orang tua sebaiknya belajar mendengarkan pendapat anak, jika memang pendapatnya tidak benar bisa dikoreksi. Misalnya dengan memberi respon positif saat anak berpendapat dengan meberi pujian positif meskipun pendapatnya asal-asalan. Jika anak anda termasuh anak yang pemalu maka anda bisa memberikan umpan dengan mengajukan pertanyaan sehingga memicu buah hati anda untuk melontarkan pendapatnya.\
4. Ajarkan dan Tumbuhkan Rasa Sosial, Bersimpati, Emapti, dll
Sebagai manusia rasa sosial, simpati, empati, dan sikap itu sangat penting. Agar anak tumbuh menjadi manusia yang menghargai orang lain maka sedini mungkin ajarkanlah pada mereka untuk memahami lingkungan sekitar. Ajarkan pada anak anda untuk memberi pada mereka yang membutuhkan, dan tidak bersifat sombong. Misalnya ada pengemis, biarkan buah hati anda yang memberi. Kemudian berikan penjelasan kenapa kita harus memberi dan berbagi.
5. Beri Tauladan Yang Baik, Jadilah Contoh
Sebagai orang tua maka sikap dan prilaku kita adalah contoh utama yang akan di ikuti oleh buah hati kita. Jika ingin anak-anak kita bersikap sopan, bertuturkata yang baik, maka kita harus senantiasa bersikap seperti itu sebagai contoh. Jika ingin anak kita religius, maka kita harus memberi contoh seperti apa orang yang religius itu. Maka dari itu sikap orang tua adalah contoh dan teladan utama bagi anak-anaknya. .
Kesimpulan Cara Mendidik Anak Yang Baik
Dari beberapa pembahasan di atas tentang cara mendidik anak yang baik bisa disimpulkan bahwa anak harus diberi perhatian dan kasih sayang serta kepercayaan. Orang tua harus menyadari sepenuhnya bahwa buah hari mereka akan menyerap setiap hal dan kejadian disekitarnya maka dari itu contoh terbaik adalah lingkungan keluarga anda. Jangan berlebihan memproteksi anak dan jangan berlebihan mengabaikanya. Kasih sayang keluarga adalah kunci kesuksesan dalam mendidik anak. (SUMBER)
Cara mendidik anak harus dipahami secara menyeluruh bukan hanya sepenggal-sepenggal saja. Agar anak tumbuh dengan utuh baik secara intelektual, spiritual, dan emosional. Maka mendidik anak seharusnya berupa upaya mengajak dan memotivasi anak kearah positif untuk berani meenukan hal-hal baru secara intelektual, spiritual, dan emosionalnya. Ketiganya jangan dipisahkan apalagi dihilangkan.
Kesalahan yang umum dilakukan orangtua adalah mereka merasa telah cukup hanya dengan memasukan anak kesekolah. Toh mereka juga diajari di sekolahan berbagail hal. Pada posisi ini maka kemungkinan gagal dalam mendidik anak sudah di depan mata. Seharusnya tanggung jawab sebagai orang tua dalam mencetak anak yang berkualitas tidak bisa sampai disitu saja. Apa saja yang harus dilakukan?.
1. Ajarkan Kemandirian dan Tanggung Jawab Sejak Usia Dini
Umumnya orang tua memiliki rasa khawatir yang berlebihan pada anak. Maka jangan lagi terlalu berlebihan mengkhawatirkan anak serta over protektif. Belajarlah untuk mempercayai buah hati anda namun tetap memantau dari jauh tanpa pengekangan maupun melindungi kesalahan yang dilakukan. Ajarkan pada buah hati anda mengetahui benda-benda miliknya serta merapikanya setelah bermain. Ketika sudah masuk masa sekolah ajarkan mereka untuk mempersiapkan keperluanya, beri uang saku dengan diarahkan untuk disisihkan sebagai tabungan.
2. Ajarkan dan Tumbuhkan Rasa Ingin Tahu Anak
Pada usia anak-anak mereka memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Ketika melihal benda-benda atau sesuatu yang belum pernah dilihat dan pahami maka biasanya mereka akan bertanya.
Sebagai orang tua anda harus menjawab dengan menjelasan yang mudah dipahami. Jika anda tidak tau akan hal itu jangan berbohong, berusahalah menjelaskan selogis mungkin. Hindari mengatakan "Tidak tahu" bisa saja mengalihkan dengan menyanggupi untuk mencari informasi tersebut. Jika buah hati anda termasuk yang tidak suka bertanya maka anda bisa memberikan umpan dengan memberikan penjelasan tanpa ditanya. Misalnya "itu adalah Gajah, hewan ini suka makan rumput dan memiliki hidung yang panjang" seperti itu.
3. Ajarkan dan Tumbuhkan Kemampuan Berpendapat Anak
Umumnya orang tua acuh terhadap pendapat anak. Mereka terlalu menganggap tidak penting pendapat anak-anak. Padahal ketika pendapat anak tidak dipedulikan maka bisa berdampak menjadikan anak minder tidak berani berpendapat. Sebagai orang tua sebaiknya belajar mendengarkan pendapat anak, jika memang pendapatnya tidak benar bisa dikoreksi. Misalnya dengan memberi respon positif saat anak berpendapat dengan meberi pujian positif meskipun pendapatnya asal-asalan. Jika anak anda termasuh anak yang pemalu maka anda bisa memberikan umpan dengan mengajukan pertanyaan sehingga memicu buah hati anda untuk melontarkan pendapatnya.\
4. Ajarkan dan Tumbuhkan Rasa Sosial, Bersimpati, Emapti, dll
Sebagai manusia rasa sosial, simpati, empati, dan sikap itu sangat penting. Agar anak tumbuh menjadi manusia yang menghargai orang lain maka sedini mungkin ajarkanlah pada mereka untuk memahami lingkungan sekitar. Ajarkan pada anak anda untuk memberi pada mereka yang membutuhkan, dan tidak bersifat sombong. Misalnya ada pengemis, biarkan buah hati anda yang memberi. Kemudian berikan penjelasan kenapa kita harus memberi dan berbagi.
5. Beri Tauladan Yang Baik, Jadilah Contoh
Sebagai orang tua maka sikap dan prilaku kita adalah contoh utama yang akan di ikuti oleh buah hati kita. Jika ingin anak-anak kita bersikap sopan, bertuturkata yang baik, maka kita harus senantiasa bersikap seperti itu sebagai contoh. Jika ingin anak kita religius, maka kita harus memberi contoh seperti apa orang yang religius itu. Maka dari itu sikap orang tua adalah contoh dan teladan utama bagi anak-anaknya. .
Kesimpulan Cara Mendidik Anak Yang Baik
Dari beberapa pembahasan di atas tentang cara mendidik anak yang baik bisa disimpulkan bahwa anak harus diberi perhatian dan kasih sayang serta kepercayaan. Orang tua harus menyadari sepenuhnya bahwa buah hari mereka akan menyerap setiap hal dan kejadian disekitarnya maka dari itu contoh terbaik adalah lingkungan keluarga anda. Jangan berlebihan memproteksi anak dan jangan berlebihan mengabaikanya. Kasih sayang keluarga adalah kunci kesuksesan dalam mendidik anak. (SUMBER)
BERITA & INFO
Sekolah Unggulan Dan Sekolah Model
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat urgen dalam sebuah kehidupan. Sebagai wahana untuk membentuk manusia ideal, maka pendidikan memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia, sehingga pendidikan tidak terlepas dari kehidupan kita sehari-hari.
Lembaga pendidikan yang mengatasnamakan dirinya sebagai sekolah unggulan harus diakui oleh pemerintah dan masyarakat, bukan oleh lembaga atau sekolah itu sendiri. Karena keunggulan berarti memiliki nilai yang lebih dibanding dengan sekolah/madrasah yang lain dan tentunya nilai itu tidak hanya dapat dilihat dari aspek fisik, melainkan juga aspek-aspek lain yang sangat menentukan. Misalnya proses pembelajarannya ataupun output yang dihasilkan. Begitupun juga sekolah yang mendapat predikat sekolah model dari pemerintah harus mampu menunjukkan dirinya sebagai sekolah yang layak dan pantas untuk dicontoh oleh sekolah atau madrasah lainnya.
Banyak persepsi yang berkembang di masyarakat kita tentang konsep sekolah unggulan. Paradigma pada umumnya adalah bahwa sekolah unggulan biasanya memerlukan uang masuk yang cukup besar, setiap tahun selalu banyak peminatnya, tingkat kelulusan yang sesuai standar nasional atau bahkan lebih, banyaknya kegiatan –kegiatan sekolah yang diselenggarakan,mulai dari ekstrakurikuler, cara belajar dan lain sebagainya.
Kategori unggulan/ model menjadi sebuah pilihan bagi orang tua untuk menyekolahkan anaknya, karena sekolah model maupun unggulan sudah dianggapnya mampu mencatak anak-anak didik yang berkualiatas. Dalam makalah ini akan dibahas konsep pengembangan sekolah unggulan dan sekolah model.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sekolah Unggulan
1. Pengertian Sekolah Unggulan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan unggul adalah lebih tinggi, pandai, kuat, dan sebagainya daripada yang lain; terbaik; terutama. sedangkan Keunggulan artinya keadaan unggul; kecakapan, kebaikan dan sebagainya yang lebih dari pada yang lain.[1]
Secara ontologis sekolah unggul dalam perspektif Departemen Pendidikan Nasional adalah sekolah yang dikembangkan untuk mencapai keunggulan dalam keluaran (output) pendidikannya. Untuk mencapai keunggulan tersebut maka masukan (input), proses pendidikan, guru dan tenaga kependidikan, manajemen, layanan pendidikan, serta sarana penunjangnya harus diarahkan untuk menunjang tercapainya tujuan tersebut.[2]
2. Karakteristik Sekolah Unggulan
1. Karakteristik Madrasah/Sekolah Unggulan
Departemen Pendidikan Nasional telah menetapkan sejumlah kriteria yang harus dimiliki sekolah/madrsah unggul:[3]
a. Masukan (input) berupa siswa yang diseleksi secara ketat. Dengan menggunakan ktriteria tertentu dan prosedur yang dapat dipertanggungjawabkan. Kriteria yang digunakan itu meliputi:
- Prestasi belajar siswa yang superior dengan indikator angka raport, danem, dan hasil tes akademik lainnya
- Skor-skor tes yang meliputi intelegensi dan kreativitas
- Tes fisik
b. Sarana dan prasarana yang menunjang untuk memenuhi kebutuhan belajar siswa serta dapat menyalurkan minat dan bakatnya, baik dalam bidang kurikuler maupun ekstrakurikuler
c. Lingkungan belajar yang kondusif, baik lingkungan fisik maupun social psikologis.
d. Guru dan tenaga kependidikan mempunyai kualifikasi mutu yang baik, sehingga system rekrutmen diseleksi dengan ketat dan diberikan wahana pembinaan dan pengembangan intelektual serta fasilitas yang menunjang
e. Kurikulum yang diperkaya yaitu kurikulum yang dilakukan pengembangan improvisasi secara maksimal sesuai tuntunan belajar siswa peserta didik yang mempunyai keunggulan tersebut sehingga perlu dilakukan pengayaan dan/atau percepatan kurikulum.
f. Rentang waktu belajar disekolah lebih panjang sehingga perlu disediakan sarana dan prasarana penunjang.
g. Proses belajar mengajar yang berkualitas dan hasilnya dapat dipertanggungjawabkan kepada siswa, lembaga dan masyarakat.
h. Nilai sekolah unggul terletak pada perlakuan tambahan diluar kurikulum nasional melalui pengembangan materi kurikulum, program pengayaan dan perluasan serta percepatan, pengajaran remedial pelayanan bimbingan dan konseling, pembinaan dan disiplin serta kegiatan ekstrakurikuler lainnya.
i. Sekolah unggul diproyeksikan untuk menjadi pusat keunggulan bagi sekolah-sekolah disekitarnya, sehingga mampu memberikan resonansi kepada lingkungan disekitarnya.
3. Konsep Pangembangan Sekolah Unggulan
Terdapat beberapa aspek yang harus diperhatikan oleh madrasah/sekolah unggulan, diantaranya sebagai berikut:
a. Aspek-Aspek Keunggulan pada Madrasah/Sekolah Unggulan
Secara umum sekolah yang dikategorikan unggul harus meliputi tiga aspek. Ketiga aspek tersebut adalah:[4]
1) Input
Daniel Goleman, dalam bukunya, menyebutkan bahwa kemampuan mengenal diri dan lingkungannya adalah kemampuan untuk melihat secara objektif atau analisis, dan kemampuan untuk merespon secara tepat, yang membutuhkan kecerdasan otak/Intelligence Quotien (IQ) dan kecerdasan emosional/Emotional Quotien (EQ). Di samping itu, kecerdasan spiritual/Spiritual Quotien (SQ) calon siswa hendaknya dapat terukur saat seleksi siswa baru. Dengan demikian, tes seleksi siswa baru hendaknya dapat mengukur ketiga aspek kecerdasan atau bahkan dapat mengukur berbagai kecerdasan/multy intellegence..[5]
2) Proses
Proses belajar-mengajar sekolah unggul ini setidaknya berkaitan dengan kemampuan guru, fasilitas belajar, kurikulum, metode pembelajaran, program ekstrakurikuler, dan jaringan kerjasama.
(1) Kemampuan guru
Sekolah unggul harus memiliki guru yang unggul juga. Artinya, guru tersebut harus profesional dalam melaksanakan proses belajar-mengajar. Adapun kompetensi guru yang memungkinkan untuk mengembangkan suatu lembaga pendidikan yang unggul adalah:
(a) Kompetensi penguasaan mata pelajaran
(b) Kompetensi dalam pembelajaran
(c) Kompetensi dalam pembimbingan
(d) Kompetensi komunikasi dengan peserta didik
(e) Kompetensi dalam mengevaluasi
Pembelajaran bisa dikatakan efektif, bila guru mampu memberikan pengalaman baru bagi siswanya, membentuk kompetensi siswa, serta melibatkan peserta didik dalam perencanaan pelaksanaan dan penilaian pembelajaran. Siswa harus didorong untuk menafsirkan informasi yang disajikan oleh guru sampai informasi tersebut dapat diterima oleh akal sehat. Misal salah satunya dengan tanya jawab. [6]
(2) Fasilitas belajar
Sekolah unggul harus dilengkapi dengan fasilitas yang mewadahi. memiliki sarana dan prasarana yang mewadahi bagi siswa untuk menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi.
(3) Kurikulum
Sekolah unggul tidak harus menggunakan kurikulum yang berstandar internasional. Kurikulun nasional dengan berbagai penyempurnaan sesuai dengan kebutuhan perkembangan siswa pun cukup baik. Di samping itu, penguasaan bahasa Inggris dan bahasa Indonesia mutlak diperlukan. Sehingga siswa dapat mengkomunikasikan gagasan dan pengetahuannya kepada orang lain secara sistematis dengan menggunakan kedua bahasa tersebut. Perpaduan kedua kurikulum itu akan sangat membantu dalam menghasilkan generasi-generasi masa depan yang lebih unggul.
(4) Metode pembelajaran
Sekolah unggul harus menggunakan metode pembelajaran yang membuat siswa menjadi aktif dan kreatif yang disertai dengan kebebasan dalam mengungkapkan pikirannya.
(5) Program ekstrakurikuler
Sekolah unggul harus memiliki seperangkat kegiatan ekstrakurikuler yang mampu menampung semua kemampuan, minat, dan bakat siswa. Keragaman ekstrakurikuler akan membuat siswa dapat mengembangkan berbagai kemampuannya di berbagai bidang secara optimal.
(6) Jaringan kerjasama
Sekolah unggul memiliki jaringan kerjasama yang baik dengan berbagai instansi, terutama instansi yang berhubungan dengan pendidikan dan pengembangan kompetensi siswa. Dengan adanya kerjasama dengan berbagai instansi akan mempermudah siswa untuk menerapkan sekaligus memahami berbagai sektor kehidupan (life skill).
3) Output
Sekolah unggul harus menghasilkan lulusan yang unggul. Keunggulan lulusan tidak hanya ditentukan oleh nilai ujian yang tinggi. Indikasi lulusan yang unggul ini baru dapat diketahui setelah yang bersangkutan memasuki dunia kerja dan terlibat aktif dalam kehidupan bermasyarakat.
4. Peluang
Pada kenyataannya, sekolah unggulan ternyata mendapat dukungan dari masyarakat untuk menyekolahkan anaknya di madrasah-madrasah sekolah-sekolah yang unggul dengan tanpa menghiraukan berapapun biaya yang dikeluarkan. Sekolah unggulan memiliki daya saing yang ketat, karakteristik yang menjanjikan serta output yang berkualitas. Sehingga peluang untuk merekrut siswa/pelajar sangat besar.
Sekolah unggul diharapkan mampu menampilkan citra diri sebagai sosok makhluk Tuhan yang didalam dirinya terdapat potensi rasional (nalar), emosi dan spiritual. Tiga dimensi keunggulan (cerdas intelek, cerdas emosional dan cerdas spiritual) dalam perspektif Islam mencitrakan sosok manusi utuh. Lembaga pendidikan yang terlalu banyak menekankan pentingnya nilai akademik, kecerdasan otak atau IQ saja, mengabaikan kecerdasan emosi (EQ) yang mengajarkan integritas, kejujuran, komitmen, visi, kreativitas, ketahanan mental, kebijaksanaan, keadilan, prinsip kepercayaan, penguasaan diri atau sinergis menjadikan pendidikan kehilangan ruhnya. [7]
5.Tantangan
Kualitas sebagian besar Kepala sekolah (terutama Madrasah Negeri) juga merupakan salah satu tantangan yang harus dihadapi. Berdasarkan informasi, selama ini, proses pengangkatan untuk menjadi kepala Madrasah Negeri masih didasarkan pada senioritas dan urutan kepangkatan, bukan pada kemampuan manajemen dan potensinya untuk memajukan sekolah.[8] Akibatnya, mungkin saja ada guru yang memiliki potensi untuk mengembangkan sekolah secara kreatif akan dikalahkan oleh guru senior yang mungkin kurang memiliki potensi hanya karena guru senior tadi pangkatnya lebih memenuhi syarat daripada si anak muda yang potensial tersebut, dan faktor penentu dalam proses suatu sekolah menjadi berprestasi, antara lain, adalah kepemimpinan sekolah yang efektif.
Disamping itu, kepemimpinan kepala sekolah yang efektif merupakan kunci, Kepemimpinan kepala sekolah yang efektif akan menimbulkan faktor lainnya itu yang ujung akhirnya adalah peningkatan prestasi madrasah yang dipimpinnya. Kepala Sekolah yang efektif akan dapat memotivasi stafnya (guru dan non-guru) untuk berprestasi dan bekerja dengan semangat tinggi. Ia juga akan dapat membina hubungan yang baik dengan orang tua dan masyarakat sekitar demi kemajuan Madrasahnya. Motivasi berprestasi dan semangat kerja tinggi staf Madrasah ini akan menghasilkan kualitas layanan pendidikan yang lebih baik yang kemudian menghasilkan siswa yang berprestasi baik. Prestasi siswa yang baik akan menimbulkan kepercayaan masyarakat akan kualitas pendidikan di Madrasah tersebut. Masyarakat yang percaya akan kualitas Madrasah tersebut akan tidak keberatan kalau mereka diminta membayar lebih banyak daripada kalau mereka menyekolahkan anaknya ke sekolah lain yang kalah kualitasnya.
B. Sekolah Model
1. Pengertian Sekolah Model
Dalam kamus besar bahasa Indonesia istilah model diartikan adalah pola, contoh, acuan atau macam dari sesuatu yang akan dibuat atau diartikan orang yang digunakan sebagai contoh untuk dilukis, digambar atau difoto.[9]
Kemudian istilah model disandingkan dengan sekolah sebagai salah satu program lembaga pendidikan. Sekolah model adalah sebuah program yang ditujukan untuk menjadikan satu sekolah yang baik dalam semua unsurnya, agar dapat digunakan sebagai percontohan bagi sekolah disekitarnya.[10]
Sekolah model adalah sekolah yang memiliki motif tersendiri yang bertaraf nasional ataupun internasional, sekolah model mencerminkan sekolah yang berkualitas tinggi yang beracuan pada system nasional ataupun internasional.
Kebijakan Sekolah Bertaraf Internasional (SBI)
1. Landasan Hukum
UU Sisdiknas Pasal 50 Ayat 3
Pemerintah dan/atau pemerintah daerah menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada semua jenjang pendidikan untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan yang bertaraf internasional.[11]
2. Kebijakan Pokok Pembangunan Pendidikan Nasional dalam Rencana Strategis Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2005-2009.
a. Pemerataan dan Perluasan Akses
b. Peningkatan Mutu, Relevansi, dan Daya Saing
Salah satunya pembangunan sekolah bertaraf internasional untuk meningkatkan daya saing bangsa. Dalam hal ini, pemerintah perlu mengembangan SBI pada tingkat kabupaten/kota melalui kerja sama yang konsisten antara Pemerintah dengan Pemerintah Kabupaten/Kota yang bersangkutan untuk mengembangkan SD, SMP, SMA, dan SMK yang bertaraf internasional sebanyak 112 unit di seluruh Indonesia.
c. Penguatan Tata Kelola, Akuntabilitas, dan Pencitraan Publik.[12]
3. Konsep Sekolah Bertaraf Internasional (SBI)
a. Filosofi Eksistensialisme dan Esensialisme
Penyelenggaraan SBI didasari filosofi eksistensialisme dan esensialisme (fungsionalisme). Filosofi eksistensialisme berkeyakinan bahwa pendidikan harus menyuburkan dan mengembangkan eksistensi peserta didik seoptimal mungkin melalui fasilitas yang dilaksanakan melalui proses pendidikan yang bermartabat, pro-perubahan, kreatif, inovatif, dan eksperimentif), menum-buhkan dan mengembangkan bakat, minat, dan kemampuan peserta didik.[13]
Filosofi eksistensialisme berpandangan bahwa dalam proses belajar mengajar, peserta didik harus diberi perlakuan secara maksimal untuk mengaktualkan, mengeksiskan, menyalurkan semua potensinya, baik potensi (kompetensi) intelektual (IQ), emosional (EQ), dan Spiritual (SQ).
Filosofi esensialisme menekankan bahwa pendidikan harus berfungsi dan relevan dengan kebutuhan, baik kebutuhan individu, keluarga, maupun kebutuhan berbagai sektor dan sub-sub sektornya, baik lokal, nasional, maupun internasional. Terkait dengan tuntutan globalisasi, pendidikan harus menyiapkan sumber daya manusia Indonesia yang mampu bersaing secara internasional. Dalam mengaktualkan kedua filosofi tersebut, empat pilar pendidikan, yaitu: learning to know, learning to do, learning to live together, and learning to be merupakan patokan berharga bagi penyelarasan praktek-praktek penyelenggaraan pendidikan di Indonesia, mulai dari kurikulum, guru, proses belajar mengajar, sarana dan prasarana, hingga sampai penilainya.[14]
2.Karakteristik Sekolah Model
Karakteristik sekolah model tentunya tidak lepas dari tawaran model-model yang barbasis nasional ataupun internasional. Sekolah model menjadikan nilai akademiknya sangat bagus yang bertaraf nasional ataupun internasional.
Karakteristik Sekolah Bertaraf Internasional
1). Karakteristik visi
Dalam sebuah lembaga/organisasi, menentukan visi sangat penting sebagai arahan dan tujuan yang akan dicapai. Tony Bush&Merianne Coleman menjelaskan visi untuk menggambarkan masa depan organisasi yang diinginkan. Itu berkaitan erat dengan tujuan sekolah atau perguruan tinggi, yang diekspresikan dalam terma-terma nilai dan menjelaskan arah organisasi yang diinginkan. Tony Bush&Merianne Coleman mengutip pendapat Block, bahwa visi adalah masa depan yang dipilih, sebuah keadaan yang diinginkan.[15]
Visi Sekolah Bertaraf Internasional adalah: Terwujudnya Insan Indonesia yang cerdas dan kompetitif secara internasional.[16] Visi ini mengisyaratkan secara tidak langsung gambaran tujuan pendidikan yang diselenggarakan oleh sekolah model SBI, yaitu mewujudkan insan Indonesia yang cerdas dan kompetitif/memiliki daya saing secara internasional.
2). Karakteristik Esensial
Karakteristik esensial dalam indikator kunci minimal (SNP) dan indikator kunci tambahan (x) sebagai jaminan mutu pendidikan bertaraf internasional dapat dilihat pada table di bawah ini.
Karakteristik Esensial SMP-SBI sebagai Penjaminan Mutu Pendidikan Bertaraf Internasional.[17]
No
Obyek Penjaminan Mutu (unsur Pendidikan dalam SNP)
Indikator Kinerja Kunci Minimal (dalam SNP)
Indikator Kinerja Kunci Tambahan
I
Akreditasi
Berakreditasi A dari BAN-Sekolah dan Madrasah
Berakreditasi tambahan dari badan akreditasi sekolah pada salah satu lembaga akreditasi pada salah satu negara anggota OECD dan/atau negara maju lainnya yang mempunyai keung-gulan tertentu dalam bidang pendidikan
II
Kurikulum (Standar Isi) dan Standar Kompe-tensi lulusan
Menerapkan KTSP
Sekolah telah menerapkan system administrasi akademik berbasis teknologi Informasi dan Komu-nikasi (TIK) dimana setiap siswa dapat meng-akses transkipnya masing-masing.
Memenuhi Standar Isi
Muatan pelajaramn (isis) dalam kurikulum telah setara atau lebih tinggi dari muatan pelajaran yang sama pada sekolah unggul dari salah satu negara diantara 30 negara anggota OECD dan/atau dari negara maju lainnya.
Memenuhi SKL
Penerapan standar kelulusan yang setara atau lebih tinggi dari SNP
Meraih mendali tingkat internasional pada berbagai kompetensi sains, matematika, tekno-logi, seni, dan olah raga.
III
Proses Pembelajaran
Memenuhi Standar Proses
Proses pembelajaran pada semua mata pelajaran telah menjadi teladan atau rujukan bagi sekolah lainnya dalam pengembangan akhlak mulia, budi pekerti luhur, kepribadian unggul, kepemimpinan, jiwa kewirausahaan, jiwa patriot, dan jiwa inovator
Proses pembelajaran telah diperkaya dengan model-model proses pembelajaran sekolah unggul dari salah satu negara diantara 30 negara anggota OECD dan/atau negara maju lainnya.
Penerapan proses pembelajaran berbasis TIK pada semua mapel
Pembelajaran pada mapel IPA, Matematika, dan lainnya dengan bahasa Inggris, kecuali mapel bahasa Indonesia.
IV
Penilaian
Memenuhi Standar Penilai-an
Sistem/model penilaian telah diperkaya dengan system/model penilaian dari sekolah unggul di salah satu negara diantara 30 negara anggota OECD dan/atau negara maju lainnnya.
V
Pendidik
Memenuhi Standar Pen-didik
Guru sains, matematika, dan teknologi mampu mengajar dengan bahasa Inggris
Semua guru mampu memfasilitasi pem-belajaran berbasis TIK
Minimal 20% guru berpendidikan S2/S3 dari perguruan tinggi yang program studinya terakreditasi A
VI
Tenaga Kependidikan
Memenuhi Standar Tenaga Kependidikan
Kepala sekolah berpendidikan minimal S2 dari perguruan tinggi yang program studinya terakreditasi A
Kepala sekolah telah menempuh pelatihan kepala sekolah yang diakui oleh Pemerintah
Kepala sekolah mampu berbahasa Inggris secara aktif
Kepala sekolah memiliki visi internasional, mampu membangun jejaring internasional, memiliki kompetensi manajerial, serta jiwa kepemimpinan dan enterprenual yang kuat
VII
Sarana Prasarana
Memenuhi Standar Sarana Prasarana
Setiap ruang kelas dilengkapi sarana pembelajaran berbasis TIK
Sarana perpustakaan TELAH dilengkapi dengan sarana digital yang memberikan akses ke sumber pembelajaran berbasis TIK di seluruh dunia
Dilengkapi dengan ruang multi media, ruang unjuk seni budaya, fasilitas olah raga, klinik, dan lain-lain.
VIII
Pengelolaan
Memenuhi Standar Penge-lolaan
Sekolah meraih sertifikat ISO 9001 versi 2000 atau sesudahnya (2001, dst) dan ISO 14000
Merupakan sekolah multi kultural
Sekolah telah menjalin hubungan “sister school” dengan sekolah bertaraf/berstandar internasional diluar negeri
Sekolah terbebas dari rokok, narkoba, kekerasan, kriminal, pelecehan seksual, dan lain-lain
Sekolah menerapkan prinsip kesetaraan gender dalam semua aspek pengelolaan sekolah
IX
Pembiayaan
Memenuhi Standar Pem-biayaan
Menerapkan model pembiayaan yang efisien untuk mencapai berbagai target indikator kunci tambahan
3). Karakteristik Penjaminan Mutu (Quality Assurance)
a). Output (Produk)/lulusan SBI
Adalah memiliki kemampuan-kemampuan bertaraf nasional plus internasional sekaligus, yang ditunjukkan oleh penguasaan SNP Indonesia dan penguasaan kemampuan-kemampuan kunci yang diperlukan dalam era global.
Ciri-ciri output/outcomes SBI sebagai berikut; (1) lulusan SBI dapat melanjtkan pendidikan pada satuan pendidikan yang bertaraf internasional, baik di dalam negeri maupun luar negeri, (2) lulusan SBI dapat bekerja pada lembaga-lembaga internasional dan/atau negara-negara lain, dan (3) meraih mendali tingkat internasional pada berbagai kompetensi sains, matematika, teknologi, seni, dan olah raga.[18]
b). Proses Pembelajaran SBI
Ciri-ciri proses pembelajaran, penilaian, dan penyelenggaraan SBI sebagai berikut: (1) pro-perubahan, yaitu proses pembelajaran yang mampu menumbuhkan dan mengembangkan daya kreasi, inovasi, nalar, dan eksperimentasi untuk menemukan kemungkinan-kemungkinan baru, a joy of discovery, (2) menerapkan model pem-belajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan; student centered; reflective learning, active learning; enjoyable dan joyful learning, cooperative learning; quantum learning; learning revolution; dan contextual learning, yang kesemuanya itu telah memiliki standar internasional; (3) menerapkan proses pembelajaran berbasis TIK pada semua mata pelajaran; (4) proses pembelajaran menggunakan bahasa Inggris, khususnya mata pelajaran sains, matematika, dan teknolog.[19]
c). Input
Ciri input SBI ialah (1) telah terakreditasi dari badan akreditasi, (2) standar lulusan lebih tinggi daripada standar kelulusan nasional, (3) jumlah guru minimal 20% berpendidikan S2/S3 dari perguruan tinggi yang program studinya terakreditasi A dan mampu berbahasa inggris aktif. Kepala sekolah minimal S2 dari perguruan tinggi yang program studinya terakreditasi A dan mampu berbahasa inggris aktif. (4) siswa baru (intake) diseleksi secara ketat melalui saringan rapor SD, ujian akhir sekolah, kesehatan fisik, dan tes wawancara. Siswa baru SBI memeliki potensi kecerdasan unggul yang ditunjukkan oleh kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual, dan berbakat luar biasa.
3. Peluang
Sekolah model memiliki peluang besar dalam rekruitmen siswa, karena masyarakat cenderung termaghnetik untuk melaju ke sekolah yang bermodel internasional. Seperti halnya model SBI, Sekolah Bertaraf Internasional merupakan acuan masarakat yang menjadikan generasi berkualitas,m dan sekolah bertaraf internasional merupakan patokan masyarakat elit yang berinisiatif anak-anaknya menjadi berkualitas.
4. Tantangan
Sekolah model ataupun tidak tentunya memiliki kekurangan dan tantangan serta persaingan yang ketat antar instansi-instansi yang berdiri. Sekolah model tentunya memiliki tantangan yang berkaitan dengan Rekruitmen, Pengembangan Input dan Output. Rekruitmen dalam artian masyarakat yang belum mampu di bidang finasial tentunya merasa keberatan, sehingga sekolah sulit untuk merekrut siswa pedesaan yang belum mampu dibidang finansial. Pengembangan Input adalah pengembangan secara terstrukturalyang membutuhkan SDM yang professional, sehingga sekolah harus mengadakan pengembangan SDM secara intensif. Output adalah hasil dari lulusan siswa harus mencetak siswa yang benar-benar professional dan berkualitas serta kreatif, sehingga tidak merendahkan repotasi almamater sekolah.
C. Korelasi Sekolah Model Dan Sekolah Unngulan Dengan Pengembangan Pendidikan Islam
Sekolah Unggulan dan Model sekolah merupakan lembaga pendidikan yang memiliki beground yang berkualitas baik material ataupun kualitas KBM didalamnya, sehingga sekolah unggulan ini sangat penting dalam menghasilkan output yang berkualitas sesuai dengan harapan orang tua. olah tersebut menjadi bahan lirikan masyarakat sebagai tempat proses belajar bagi anak-anaknya dengan harapan mampu bersaing serta berkemampuan dibidang Intelektual, emosional dan spiritual.
Untuk mmengembangkan kecerdasan spiritual anak orang tua biasa banyak menyekolahkan anaknya dilembaga pendidikan yang memiliki beaground islam, yang memiliki kualitas unggul maupun model. Dal hal ini pendidikan islam sangat memiliki pengaruh dalam mengembangankan potensi peserta didik. Pendidikan Islam merupakan sebuah system pendidikan yang dapat memberikan kemampuan seseorang untuk memimpin kehidupannya sesuai dengan cita-cita dan nilai-nilai Islam yang telah menjiwai dan mewarnai corak kepribadiannya.[20]
Membicarakan pendidikan islam tidak terlepas dari dasar dan tujuan pendidikan islam, karena keduanya merupakan pintok pokok untuk dapat memahami kemana arah dan tujuan dari pendidikan islan tersebut. Menentukan dasar pendidikan, menjadi sesuatu yang sangat penting karena tujuan pendidikan sangat ditentukan oleh pandangan hidup, yaitu al-Qur’an dan Hadist.
Pendidikan Islam ditujukan pada penumbuhan dan pemantapam kecendrungan tauhid oleh karena itu pendidikan islam selalu menyelenggaran pendidikan berbasis agama, bukan hanya sebuah disiplin ilmu, namun lebih pada penanaman nilai dan prinsip-prinsip kemanusiaa sebagai esensi ajaran agama.[21]
Dari uraian diatas pendidikan islam tidak hanya muatan pendidikan Islam tidak hanya muatan pengajaranteologi atau pengajaran al-Qur’an saja, akan tetapi juga memuat semua cabang ilmu yang diajarkan dari sudut pandang Islam yang bersumber dari al-Qur’an dan Hadist, ruang lingkup pendidikan Islam sangat luas, ia tidak hanya terbatas pendidikan agama dan tidak hanya terbatas pada pendidikan umum semata.
Muatan pendidikan agama merupakan sebuah komponen yang tidak bisa terpisahkan dari system pendidikan Islam. Bahkan bisa dikatakan bahwa pendidikan agama Islam berfungsi sebagai jalur pengintegrasian wawasan Islam dengan bidang studi lain.[22]
Tujuan pendidikan Islam, sangatlah penting karena berkaitan dengan pendidikan Islam tentu tidak terlepas kaitannya dengan pengembangan potensi diri, dan untuk mencapai ranah tersebut dinutuhkan tujuan-tujuan agar hal itu dapat tercapai dengan baik, para ahli berpendapat bahwa ada tiga fungi tujuan pendidikan yang besemuanya bersifat normative. Pertama member arah bagi proses pendidikan. Kedua member motivasi dalam aktivitas belajar. Ketiga tujuan pendidikan merupakan criteria atau ukuran dalam evaluasi pendidikan. Sehingga dari tujuan itu, pendidikan dapat diarahkan untuk mencapai kehidupan yang baik serta menjadi motivasi bagi pengembangan pendidikan Islam.[23]
Dari gambaran diatas sudah jelas bahwa pendidikan islam sangat memiliki pengaruh besar terhadap terciptanya insane yang memiliki pengetahuan dan wawasan luas, tidak salah jika para orang tua berlomba-lomba menyekolahkan anaknya di lembaga pendidikan Islam yang memiliki berbagai nilai keunggulan maupun lembaga pendidikan Model. Dengan harapan anak kelak menjadi manusia yang siap bersaing dalam menyongsong masa depannya.
Sebagai lembaga pendidikan yang memiliki baeground unggul dan model yang berbasis pendidikan Islam berkewajiban untuk menciptakan suasana religious dilingkungan belajar (sekolah). Penciptaan ini dimaksud dalam rangka mengimplementasikan nilai-nilai bersikap (attitude Value), nilai-nilai penghayatan (experiental Value) dan menumbuhkan semangat kesadaran beragama. Karena itu, untuk menciptakan suasana tersebut, perlu dikembangkan model fungsional untuk menciptakan suasana religious yang didasari atas pemahaman bahwa pendidikan agama adalah upaya manusia untuk mengajarkan masalah masalah kehidupan akhirat, disamping aktivitas duniawi yang berpijak pada tatanan moral-etis. Penciptaan ini bersumber pada nilai nilai normative dan doktrin agama yang telah diyakini kemutlakannya
Disamping itu melalui model struktural, untuk menciptakan suasana religious dengan pendekatan dengan disemangati oleh adanya kedisiplinan yang teratur dengan melalui penanaman budaya yang melibatkan seluruh jajaran sekolah.
Dengan demikian lembaga pendidikan unggul dan model yang berbasis agama secara langsung akan semakin terangkat dan memiliki kualitas lebih tinggi baik dari system akademik maupun dihadapan masyarakat. Ditambah lagi proses pembelajarannya menggunakan teknologi sebagai media bantu belajar mengajar bagi guru dan murid, dengan menggunakan media teknologi siswa diharapkan mampu dan mudah dalam penyerapan materi yang dipelajari.
BAB III
KESIMPULAN
Berdasarkan dari pembahasan di atas bahwasanya sekolah unggulan sekolah yang dikembangkan untuk mencapai keunggulan dalam keluaran (output) pendidikannya. Untuk mencapai keunggulan tersebut maka masukan (input), proses pendidikan, guru dan tenaga kependidikan, manajemen, layanan pendidikan, serta sarana penunjangnya harus diarahkan untuk menunjang tercapainya tujuan tersebut. Karakter sekolah unggulan, meliputi:input, saranan prasarana, lingkungan belajar, guru, kurikulum dan lain sebagainya.
Sedangkan sekolah model adalah Sekolah model adalah sekolah yang memiliki motif tersendiri yang bertaraf nasional ataupun internasional, sekolah model mencerminkan sekolah yang berkualitas tinggi yang beracuan pada system nasional ataupun internasional. Sekolah model memiliki beberapa karakter sekolah diantaranya, karakter visi, esensisl dan karakter mutu yang meliputi:out put, proses, dan input.
DAFTAR PUSTAKA
Albers Mohrman, Susan. 1994. School Based Management: Organizing for High Performance, San Francisco.
Anonim, 2006. Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. WIPRESS
Anonim, 2006. Rencana Startegis Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2005-2009. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.
Ahid Nur, 2009. Problematika Madrasah Aliyah di Indonesia . Kediri: STAIN Kediri Press.
Arifin, Imron, 1998. Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Mengelola Madrasah Ibtidaiyah dan Sekolah Dasar Berprestasi. Malang: IKIP-Malang.
Haryana, Kir. 2007. Konsep Sekolah Bertaraf Internasional (artikel). Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Pertama.
Kurniawan, Asep, 2007. PembaharuanPendidikan Islam di Indonesia (kajian historis), Jurnal Tarbiyah, Vol.XX No.20 Desember.
Lubis, Halfian .Pertumbuhan SMA Islam Unggulan di Indonesia (Badan Litbang dan Diklat Departemen Agama Republik Indonesia),
M. Arifin. 2006. Ilmu pendidikan Islam. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Maksum , 1999. Madrasah:Sejarah dan Perkembangannya. Jakarta:Logos wacana Ilmu,)
Muhammad, 2009. Konsep Pengembangan Madrasah Unggul Jurnal Ilmiah “Kreatif “ Vol. VI no. 1 Januari
Sahlan , Asmaun 2010. Mewujudkan Budaya Religius di Sekolah Malang: UIN-MALIKI Press
Sardiman. 2011. Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.
Salim, Peter dan Salim , Yenny. 1991. Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer Jakarta: Modern English Press.
Trimantara , Petrus 2007. Sekolah Unggulan: Antara Kenyataan dan Impian Jurnal Pendidikan Penabur - No.08/Th.VI/Juni
Yasin Fatah, 2008. Dimensi-dimensi Pendidikan. Malang: UIN-Malang Press.
Blog Zone
10.49.00
Sekolah Unggulan Dan Sekolah Model
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat urgen dalam sebuah kehidupan. Sebagai wahana untuk membentuk manusia ideal, maka pendidikan memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia, sehingga pendidikan tidak terlepas dari kehidupan kita sehari-hari.
Lembaga pendidikan yang mengatasnamakan dirinya sebagai sekolah unggulan harus diakui oleh pemerintah dan masyarakat, bukan oleh lembaga atau sekolah itu sendiri. Karena keunggulan berarti memiliki nilai yang lebih dibanding dengan sekolah/madrasah yang lain dan tentunya nilai itu tidak hanya dapat dilihat dari aspek fisik, melainkan juga aspek-aspek lain yang sangat menentukan. Misalnya proses pembelajarannya ataupun output yang dihasilkan. Begitupun juga sekolah yang mendapat predikat sekolah model dari pemerintah harus mampu menunjukkan dirinya sebagai sekolah yang layak dan pantas untuk dicontoh oleh sekolah atau madrasah lainnya.
Banyak persepsi yang berkembang di masyarakat kita tentang konsep sekolah unggulan. Paradigma pada umumnya adalah bahwa sekolah unggulan biasanya memerlukan uang masuk yang cukup besar, setiap tahun selalu banyak peminatnya, tingkat kelulusan yang sesuai standar nasional atau bahkan lebih, banyaknya kegiatan –kegiatan sekolah yang diselenggarakan,mulai dari ekstrakurikuler, cara belajar dan lain sebagainya.
Kategori unggulan/ model menjadi sebuah pilihan bagi orang tua untuk menyekolahkan anaknya, karena sekolah model maupun unggulan sudah dianggapnya mampu mencatak anak-anak didik yang berkualiatas. Dalam makalah ini akan dibahas konsep pengembangan sekolah unggulan dan sekolah model.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sekolah Unggulan
1. Pengertian Sekolah Unggulan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan unggul adalah lebih tinggi, pandai, kuat, dan sebagainya daripada yang lain; terbaik; terutama. sedangkan Keunggulan artinya keadaan unggul; kecakapan, kebaikan dan sebagainya yang lebih dari pada yang lain.[1]
Secara ontologis sekolah unggul dalam perspektif Departemen Pendidikan Nasional adalah sekolah yang dikembangkan untuk mencapai keunggulan dalam keluaran (output) pendidikannya. Untuk mencapai keunggulan tersebut maka masukan (input), proses pendidikan, guru dan tenaga kependidikan, manajemen, layanan pendidikan, serta sarana penunjangnya harus diarahkan untuk menunjang tercapainya tujuan tersebut.[2]
2. Karakteristik Sekolah Unggulan
1. Karakteristik Madrasah/Sekolah Unggulan
Departemen Pendidikan Nasional telah menetapkan sejumlah kriteria yang harus dimiliki sekolah/madrsah unggul:[3]
a. Masukan (input) berupa siswa yang diseleksi secara ketat. Dengan menggunakan ktriteria tertentu dan prosedur yang dapat dipertanggungjawabkan. Kriteria yang digunakan itu meliputi:
- Prestasi belajar siswa yang superior dengan indikator angka raport, danem, dan hasil tes akademik lainnya
- Skor-skor tes yang meliputi intelegensi dan kreativitas
- Tes fisik
b. Sarana dan prasarana yang menunjang untuk memenuhi kebutuhan belajar siswa serta dapat menyalurkan minat dan bakatnya, baik dalam bidang kurikuler maupun ekstrakurikuler
c. Lingkungan belajar yang kondusif, baik lingkungan fisik maupun social psikologis.
d. Guru dan tenaga kependidikan mempunyai kualifikasi mutu yang baik, sehingga system rekrutmen diseleksi dengan ketat dan diberikan wahana pembinaan dan pengembangan intelektual serta fasilitas yang menunjang
e. Kurikulum yang diperkaya yaitu kurikulum yang dilakukan pengembangan improvisasi secara maksimal sesuai tuntunan belajar siswa peserta didik yang mempunyai keunggulan tersebut sehingga perlu dilakukan pengayaan dan/atau percepatan kurikulum.
f. Rentang waktu belajar disekolah lebih panjang sehingga perlu disediakan sarana dan prasarana penunjang.
g. Proses belajar mengajar yang berkualitas dan hasilnya dapat dipertanggungjawabkan kepada siswa, lembaga dan masyarakat.
h. Nilai sekolah unggul terletak pada perlakuan tambahan diluar kurikulum nasional melalui pengembangan materi kurikulum, program pengayaan dan perluasan serta percepatan, pengajaran remedial pelayanan bimbingan dan konseling, pembinaan dan disiplin serta kegiatan ekstrakurikuler lainnya.
i. Sekolah unggul diproyeksikan untuk menjadi pusat keunggulan bagi sekolah-sekolah disekitarnya, sehingga mampu memberikan resonansi kepada lingkungan disekitarnya.
3. Konsep Pangembangan Sekolah Unggulan
Terdapat beberapa aspek yang harus diperhatikan oleh madrasah/sekolah unggulan, diantaranya sebagai berikut:
a. Aspek-Aspek Keunggulan pada Madrasah/Sekolah Unggulan
Secara umum sekolah yang dikategorikan unggul harus meliputi tiga aspek. Ketiga aspek tersebut adalah:[4]
1) Input
Daniel Goleman, dalam bukunya, menyebutkan bahwa kemampuan mengenal diri dan lingkungannya adalah kemampuan untuk melihat secara objektif atau analisis, dan kemampuan untuk merespon secara tepat, yang membutuhkan kecerdasan otak/Intelligence Quotien (IQ) dan kecerdasan emosional/Emotional Quotien (EQ). Di samping itu, kecerdasan spiritual/Spiritual Quotien (SQ) calon siswa hendaknya dapat terukur saat seleksi siswa baru. Dengan demikian, tes seleksi siswa baru hendaknya dapat mengukur ketiga aspek kecerdasan atau bahkan dapat mengukur berbagai kecerdasan/multy intellegence..[5]
2) Proses
Proses belajar-mengajar sekolah unggul ini setidaknya berkaitan dengan kemampuan guru, fasilitas belajar, kurikulum, metode pembelajaran, program ekstrakurikuler, dan jaringan kerjasama.
(1) Kemampuan guru
Sekolah unggul harus memiliki guru yang unggul juga. Artinya, guru tersebut harus profesional dalam melaksanakan proses belajar-mengajar. Adapun kompetensi guru yang memungkinkan untuk mengembangkan suatu lembaga pendidikan yang unggul adalah:
(a) Kompetensi penguasaan mata pelajaran
(b) Kompetensi dalam pembelajaran
(c) Kompetensi dalam pembimbingan
(d) Kompetensi komunikasi dengan peserta didik
(e) Kompetensi dalam mengevaluasi
Pembelajaran bisa dikatakan efektif, bila guru mampu memberikan pengalaman baru bagi siswanya, membentuk kompetensi siswa, serta melibatkan peserta didik dalam perencanaan pelaksanaan dan penilaian pembelajaran. Siswa harus didorong untuk menafsirkan informasi yang disajikan oleh guru sampai informasi tersebut dapat diterima oleh akal sehat. Misal salah satunya dengan tanya jawab. [6]
(2) Fasilitas belajar
Sekolah unggul harus dilengkapi dengan fasilitas yang mewadahi. memiliki sarana dan prasarana yang mewadahi bagi siswa untuk menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi.
(3) Kurikulum
Sekolah unggul tidak harus menggunakan kurikulum yang berstandar internasional. Kurikulun nasional dengan berbagai penyempurnaan sesuai dengan kebutuhan perkembangan siswa pun cukup baik. Di samping itu, penguasaan bahasa Inggris dan bahasa Indonesia mutlak diperlukan. Sehingga siswa dapat mengkomunikasikan gagasan dan pengetahuannya kepada orang lain secara sistematis dengan menggunakan kedua bahasa tersebut. Perpaduan kedua kurikulum itu akan sangat membantu dalam menghasilkan generasi-generasi masa depan yang lebih unggul.
(4) Metode pembelajaran
Sekolah unggul harus menggunakan metode pembelajaran yang membuat siswa menjadi aktif dan kreatif yang disertai dengan kebebasan dalam mengungkapkan pikirannya.
(5) Program ekstrakurikuler
Sekolah unggul harus memiliki seperangkat kegiatan ekstrakurikuler yang mampu menampung semua kemampuan, minat, dan bakat siswa. Keragaman ekstrakurikuler akan membuat siswa dapat mengembangkan berbagai kemampuannya di berbagai bidang secara optimal.
(6) Jaringan kerjasama
Sekolah unggul memiliki jaringan kerjasama yang baik dengan berbagai instansi, terutama instansi yang berhubungan dengan pendidikan dan pengembangan kompetensi siswa. Dengan adanya kerjasama dengan berbagai instansi akan mempermudah siswa untuk menerapkan sekaligus memahami berbagai sektor kehidupan (life skill).
3) Output
Sekolah unggul harus menghasilkan lulusan yang unggul. Keunggulan lulusan tidak hanya ditentukan oleh nilai ujian yang tinggi. Indikasi lulusan yang unggul ini baru dapat diketahui setelah yang bersangkutan memasuki dunia kerja dan terlibat aktif dalam kehidupan bermasyarakat.
4. Peluang
Pada kenyataannya, sekolah unggulan ternyata mendapat dukungan dari masyarakat untuk menyekolahkan anaknya di madrasah-madrasah sekolah-sekolah yang unggul dengan tanpa menghiraukan berapapun biaya yang dikeluarkan. Sekolah unggulan memiliki daya saing yang ketat, karakteristik yang menjanjikan serta output yang berkualitas. Sehingga peluang untuk merekrut siswa/pelajar sangat besar.
Sekolah unggul diharapkan mampu menampilkan citra diri sebagai sosok makhluk Tuhan yang didalam dirinya terdapat potensi rasional (nalar), emosi dan spiritual. Tiga dimensi keunggulan (cerdas intelek, cerdas emosional dan cerdas spiritual) dalam perspektif Islam mencitrakan sosok manusi utuh. Lembaga pendidikan yang terlalu banyak menekankan pentingnya nilai akademik, kecerdasan otak atau IQ saja, mengabaikan kecerdasan emosi (EQ) yang mengajarkan integritas, kejujuran, komitmen, visi, kreativitas, ketahanan mental, kebijaksanaan, keadilan, prinsip kepercayaan, penguasaan diri atau sinergis menjadikan pendidikan kehilangan ruhnya. [7]
5.Tantangan
Kualitas sebagian besar Kepala sekolah (terutama Madrasah Negeri) juga merupakan salah satu tantangan yang harus dihadapi. Berdasarkan informasi, selama ini, proses pengangkatan untuk menjadi kepala Madrasah Negeri masih didasarkan pada senioritas dan urutan kepangkatan, bukan pada kemampuan manajemen dan potensinya untuk memajukan sekolah.[8] Akibatnya, mungkin saja ada guru yang memiliki potensi untuk mengembangkan sekolah secara kreatif akan dikalahkan oleh guru senior yang mungkin kurang memiliki potensi hanya karena guru senior tadi pangkatnya lebih memenuhi syarat daripada si anak muda yang potensial tersebut, dan faktor penentu dalam proses suatu sekolah menjadi berprestasi, antara lain, adalah kepemimpinan sekolah yang efektif.
Disamping itu, kepemimpinan kepala sekolah yang efektif merupakan kunci, Kepemimpinan kepala sekolah yang efektif akan menimbulkan faktor lainnya itu yang ujung akhirnya adalah peningkatan prestasi madrasah yang dipimpinnya. Kepala Sekolah yang efektif akan dapat memotivasi stafnya (guru dan non-guru) untuk berprestasi dan bekerja dengan semangat tinggi. Ia juga akan dapat membina hubungan yang baik dengan orang tua dan masyarakat sekitar demi kemajuan Madrasahnya. Motivasi berprestasi dan semangat kerja tinggi staf Madrasah ini akan menghasilkan kualitas layanan pendidikan yang lebih baik yang kemudian menghasilkan siswa yang berprestasi baik. Prestasi siswa yang baik akan menimbulkan kepercayaan masyarakat akan kualitas pendidikan di Madrasah tersebut. Masyarakat yang percaya akan kualitas Madrasah tersebut akan tidak keberatan kalau mereka diminta membayar lebih banyak daripada kalau mereka menyekolahkan anaknya ke sekolah lain yang kalah kualitasnya.
B. Sekolah Model
1. Pengertian Sekolah Model
Dalam kamus besar bahasa Indonesia istilah model diartikan adalah pola, contoh, acuan atau macam dari sesuatu yang akan dibuat atau diartikan orang yang digunakan sebagai contoh untuk dilukis, digambar atau difoto.[9]
Kemudian istilah model disandingkan dengan sekolah sebagai salah satu program lembaga pendidikan. Sekolah model adalah sebuah program yang ditujukan untuk menjadikan satu sekolah yang baik dalam semua unsurnya, agar dapat digunakan sebagai percontohan bagi sekolah disekitarnya.[10]
Sekolah model adalah sekolah yang memiliki motif tersendiri yang bertaraf nasional ataupun internasional, sekolah model mencerminkan sekolah yang berkualitas tinggi yang beracuan pada system nasional ataupun internasional.
Kebijakan Sekolah Bertaraf Internasional (SBI)
1. Landasan Hukum
UU Sisdiknas Pasal 50 Ayat 3
Pemerintah dan/atau pemerintah daerah menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada semua jenjang pendidikan untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan yang bertaraf internasional.[11]
2. Kebijakan Pokok Pembangunan Pendidikan Nasional dalam Rencana Strategis Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2005-2009.
a. Pemerataan dan Perluasan Akses
b. Peningkatan Mutu, Relevansi, dan Daya Saing
Salah satunya pembangunan sekolah bertaraf internasional untuk meningkatkan daya saing bangsa. Dalam hal ini, pemerintah perlu mengembangan SBI pada tingkat kabupaten/kota melalui kerja sama yang konsisten antara Pemerintah dengan Pemerintah Kabupaten/Kota yang bersangkutan untuk mengembangkan SD, SMP, SMA, dan SMK yang bertaraf internasional sebanyak 112 unit di seluruh Indonesia.
c. Penguatan Tata Kelola, Akuntabilitas, dan Pencitraan Publik.[12]
3. Konsep Sekolah Bertaraf Internasional (SBI)
a. Filosofi Eksistensialisme dan Esensialisme
Penyelenggaraan SBI didasari filosofi eksistensialisme dan esensialisme (fungsionalisme). Filosofi eksistensialisme berkeyakinan bahwa pendidikan harus menyuburkan dan mengembangkan eksistensi peserta didik seoptimal mungkin melalui fasilitas yang dilaksanakan melalui proses pendidikan yang bermartabat, pro-perubahan, kreatif, inovatif, dan eksperimentif), menum-buhkan dan mengembangkan bakat, minat, dan kemampuan peserta didik.[13]
Filosofi eksistensialisme berpandangan bahwa dalam proses belajar mengajar, peserta didik harus diberi perlakuan secara maksimal untuk mengaktualkan, mengeksiskan, menyalurkan semua potensinya, baik potensi (kompetensi) intelektual (IQ), emosional (EQ), dan Spiritual (SQ).
Filosofi esensialisme menekankan bahwa pendidikan harus berfungsi dan relevan dengan kebutuhan, baik kebutuhan individu, keluarga, maupun kebutuhan berbagai sektor dan sub-sub sektornya, baik lokal, nasional, maupun internasional. Terkait dengan tuntutan globalisasi, pendidikan harus menyiapkan sumber daya manusia Indonesia yang mampu bersaing secara internasional. Dalam mengaktualkan kedua filosofi tersebut, empat pilar pendidikan, yaitu: learning to know, learning to do, learning to live together, and learning to be merupakan patokan berharga bagi penyelarasan praktek-praktek penyelenggaraan pendidikan di Indonesia, mulai dari kurikulum, guru, proses belajar mengajar, sarana dan prasarana, hingga sampai penilainya.[14]
2.Karakteristik Sekolah Model
Karakteristik sekolah model tentunya tidak lepas dari tawaran model-model yang barbasis nasional ataupun internasional. Sekolah model menjadikan nilai akademiknya sangat bagus yang bertaraf nasional ataupun internasional.
Karakteristik Sekolah Bertaraf Internasional
1). Karakteristik visi
Dalam sebuah lembaga/organisasi, menentukan visi sangat penting sebagai arahan dan tujuan yang akan dicapai. Tony Bush&Merianne Coleman menjelaskan visi untuk menggambarkan masa depan organisasi yang diinginkan. Itu berkaitan erat dengan tujuan sekolah atau perguruan tinggi, yang diekspresikan dalam terma-terma nilai dan menjelaskan arah organisasi yang diinginkan. Tony Bush&Merianne Coleman mengutip pendapat Block, bahwa visi adalah masa depan yang dipilih, sebuah keadaan yang diinginkan.[15]
Visi Sekolah Bertaraf Internasional adalah: Terwujudnya Insan Indonesia yang cerdas dan kompetitif secara internasional.[16] Visi ini mengisyaratkan secara tidak langsung gambaran tujuan pendidikan yang diselenggarakan oleh sekolah model SBI, yaitu mewujudkan insan Indonesia yang cerdas dan kompetitif/memiliki daya saing secara internasional.
2). Karakteristik Esensial
Karakteristik esensial dalam indikator kunci minimal (SNP) dan indikator kunci tambahan (x) sebagai jaminan mutu pendidikan bertaraf internasional dapat dilihat pada table di bawah ini.
Karakteristik Esensial SMP-SBI sebagai Penjaminan Mutu Pendidikan Bertaraf Internasional.[17]
No
Obyek Penjaminan Mutu (unsur Pendidikan dalam SNP)
Indikator Kinerja Kunci Minimal (dalam SNP)
Indikator Kinerja Kunci Tambahan
I
Akreditasi
Berakreditasi A dari BAN-Sekolah dan Madrasah
Berakreditasi tambahan dari badan akreditasi sekolah pada salah satu lembaga akreditasi pada salah satu negara anggota OECD dan/atau negara maju lainnya yang mempunyai keung-gulan tertentu dalam bidang pendidikan
II
Kurikulum (Standar Isi) dan Standar Kompe-tensi lulusan
Menerapkan KTSP
Sekolah telah menerapkan system administrasi akademik berbasis teknologi Informasi dan Komu-nikasi (TIK) dimana setiap siswa dapat meng-akses transkipnya masing-masing.
Memenuhi Standar Isi
Muatan pelajaramn (isis) dalam kurikulum telah setara atau lebih tinggi dari muatan pelajaran yang sama pada sekolah unggul dari salah satu negara diantara 30 negara anggota OECD dan/atau dari negara maju lainnya.
Memenuhi SKL
Penerapan standar kelulusan yang setara atau lebih tinggi dari SNP
Meraih mendali tingkat internasional pada berbagai kompetensi sains, matematika, tekno-logi, seni, dan olah raga.
III
Proses Pembelajaran
Memenuhi Standar Proses
Proses pembelajaran pada semua mata pelajaran telah menjadi teladan atau rujukan bagi sekolah lainnya dalam pengembangan akhlak mulia, budi pekerti luhur, kepribadian unggul, kepemimpinan, jiwa kewirausahaan, jiwa patriot, dan jiwa inovator
Proses pembelajaran telah diperkaya dengan model-model proses pembelajaran sekolah unggul dari salah satu negara diantara 30 negara anggota OECD dan/atau negara maju lainnya.
Penerapan proses pembelajaran berbasis TIK pada semua mapel
Pembelajaran pada mapel IPA, Matematika, dan lainnya dengan bahasa Inggris, kecuali mapel bahasa Indonesia.
IV
Penilaian
Memenuhi Standar Penilai-an
Sistem/model penilaian telah diperkaya dengan system/model penilaian dari sekolah unggul di salah satu negara diantara 30 negara anggota OECD dan/atau negara maju lainnnya.
V
Pendidik
Memenuhi Standar Pen-didik
Guru sains, matematika, dan teknologi mampu mengajar dengan bahasa Inggris
Semua guru mampu memfasilitasi pem-belajaran berbasis TIK
Minimal 20% guru berpendidikan S2/S3 dari perguruan tinggi yang program studinya terakreditasi A
VI
Tenaga Kependidikan
Memenuhi Standar Tenaga Kependidikan
Kepala sekolah berpendidikan minimal S2 dari perguruan tinggi yang program studinya terakreditasi A
Kepala sekolah telah menempuh pelatihan kepala sekolah yang diakui oleh Pemerintah
Kepala sekolah mampu berbahasa Inggris secara aktif
Kepala sekolah memiliki visi internasional, mampu membangun jejaring internasional, memiliki kompetensi manajerial, serta jiwa kepemimpinan dan enterprenual yang kuat
VII
Sarana Prasarana
Memenuhi Standar Sarana Prasarana
Setiap ruang kelas dilengkapi sarana pembelajaran berbasis TIK
Sarana perpustakaan TELAH dilengkapi dengan sarana digital yang memberikan akses ke sumber pembelajaran berbasis TIK di seluruh dunia
Dilengkapi dengan ruang multi media, ruang unjuk seni budaya, fasilitas olah raga, klinik, dan lain-lain.
VIII
Pengelolaan
Memenuhi Standar Penge-lolaan
Sekolah meraih sertifikat ISO 9001 versi 2000 atau sesudahnya (2001, dst) dan ISO 14000
Merupakan sekolah multi kultural
Sekolah telah menjalin hubungan “sister school” dengan sekolah bertaraf/berstandar internasional diluar negeri
Sekolah terbebas dari rokok, narkoba, kekerasan, kriminal, pelecehan seksual, dan lain-lain
Sekolah menerapkan prinsip kesetaraan gender dalam semua aspek pengelolaan sekolah
IX
Pembiayaan
Memenuhi Standar Pem-biayaan
Menerapkan model pembiayaan yang efisien untuk mencapai berbagai target indikator kunci tambahan
3). Karakteristik Penjaminan Mutu (Quality Assurance)
a). Output (Produk)/lulusan SBI
Adalah memiliki kemampuan-kemampuan bertaraf nasional plus internasional sekaligus, yang ditunjukkan oleh penguasaan SNP Indonesia dan penguasaan kemampuan-kemampuan kunci yang diperlukan dalam era global.
Ciri-ciri output/outcomes SBI sebagai berikut; (1) lulusan SBI dapat melanjtkan pendidikan pada satuan pendidikan yang bertaraf internasional, baik di dalam negeri maupun luar negeri, (2) lulusan SBI dapat bekerja pada lembaga-lembaga internasional dan/atau negara-negara lain, dan (3) meraih mendali tingkat internasional pada berbagai kompetensi sains, matematika, teknologi, seni, dan olah raga.[18]
b). Proses Pembelajaran SBI
Ciri-ciri proses pembelajaran, penilaian, dan penyelenggaraan SBI sebagai berikut: (1) pro-perubahan, yaitu proses pembelajaran yang mampu menumbuhkan dan mengembangkan daya kreasi, inovasi, nalar, dan eksperimentasi untuk menemukan kemungkinan-kemungkinan baru, a joy of discovery, (2) menerapkan model pem-belajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan; student centered; reflective learning, active learning; enjoyable dan joyful learning, cooperative learning; quantum learning; learning revolution; dan contextual learning, yang kesemuanya itu telah memiliki standar internasional; (3) menerapkan proses pembelajaran berbasis TIK pada semua mata pelajaran; (4) proses pembelajaran menggunakan bahasa Inggris, khususnya mata pelajaran sains, matematika, dan teknolog.[19]
c). Input
Ciri input SBI ialah (1) telah terakreditasi dari badan akreditasi, (2) standar lulusan lebih tinggi daripada standar kelulusan nasional, (3) jumlah guru minimal 20% berpendidikan S2/S3 dari perguruan tinggi yang program studinya terakreditasi A dan mampu berbahasa inggris aktif. Kepala sekolah minimal S2 dari perguruan tinggi yang program studinya terakreditasi A dan mampu berbahasa inggris aktif. (4) siswa baru (intake) diseleksi secara ketat melalui saringan rapor SD, ujian akhir sekolah, kesehatan fisik, dan tes wawancara. Siswa baru SBI memeliki potensi kecerdasan unggul yang ditunjukkan oleh kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual, dan berbakat luar biasa.
3. Peluang
Sekolah model memiliki peluang besar dalam rekruitmen siswa, karena masyarakat cenderung termaghnetik untuk melaju ke sekolah yang bermodel internasional. Seperti halnya model SBI, Sekolah Bertaraf Internasional merupakan acuan masarakat yang menjadikan generasi berkualitas,m dan sekolah bertaraf internasional merupakan patokan masyarakat elit yang berinisiatif anak-anaknya menjadi berkualitas.
4. Tantangan
Sekolah model ataupun tidak tentunya memiliki kekurangan dan tantangan serta persaingan yang ketat antar instansi-instansi yang berdiri. Sekolah model tentunya memiliki tantangan yang berkaitan dengan Rekruitmen, Pengembangan Input dan Output. Rekruitmen dalam artian masyarakat yang belum mampu di bidang finasial tentunya merasa keberatan, sehingga sekolah sulit untuk merekrut siswa pedesaan yang belum mampu dibidang finansial. Pengembangan Input adalah pengembangan secara terstrukturalyang membutuhkan SDM yang professional, sehingga sekolah harus mengadakan pengembangan SDM secara intensif. Output adalah hasil dari lulusan siswa harus mencetak siswa yang benar-benar professional dan berkualitas serta kreatif, sehingga tidak merendahkan repotasi almamater sekolah.
C. Korelasi Sekolah Model Dan Sekolah Unngulan Dengan Pengembangan Pendidikan Islam
Sekolah Unggulan dan Model sekolah merupakan lembaga pendidikan yang memiliki beground yang berkualitas baik material ataupun kualitas KBM didalamnya, sehingga sekolah unggulan ini sangat penting dalam menghasilkan output yang berkualitas sesuai dengan harapan orang tua. olah tersebut menjadi bahan lirikan masyarakat sebagai tempat proses belajar bagi anak-anaknya dengan harapan mampu bersaing serta berkemampuan dibidang Intelektual, emosional dan spiritual.
Untuk mmengembangkan kecerdasan spiritual anak orang tua biasa banyak menyekolahkan anaknya dilembaga pendidikan yang memiliki beaground islam, yang memiliki kualitas unggul maupun model. Dal hal ini pendidikan islam sangat memiliki pengaruh dalam mengembangankan potensi peserta didik. Pendidikan Islam merupakan sebuah system pendidikan yang dapat memberikan kemampuan seseorang untuk memimpin kehidupannya sesuai dengan cita-cita dan nilai-nilai Islam yang telah menjiwai dan mewarnai corak kepribadiannya.[20]
Membicarakan pendidikan islam tidak terlepas dari dasar dan tujuan pendidikan islam, karena keduanya merupakan pintok pokok untuk dapat memahami kemana arah dan tujuan dari pendidikan islan tersebut. Menentukan dasar pendidikan, menjadi sesuatu yang sangat penting karena tujuan pendidikan sangat ditentukan oleh pandangan hidup, yaitu al-Qur’an dan Hadist.
Pendidikan Islam ditujukan pada penumbuhan dan pemantapam kecendrungan tauhid oleh karena itu pendidikan islam selalu menyelenggaran pendidikan berbasis agama, bukan hanya sebuah disiplin ilmu, namun lebih pada penanaman nilai dan prinsip-prinsip kemanusiaa sebagai esensi ajaran agama.[21]
Dari uraian diatas pendidikan islam tidak hanya muatan pendidikan Islam tidak hanya muatan pengajaranteologi atau pengajaran al-Qur’an saja, akan tetapi juga memuat semua cabang ilmu yang diajarkan dari sudut pandang Islam yang bersumber dari al-Qur’an dan Hadist, ruang lingkup pendidikan Islam sangat luas, ia tidak hanya terbatas pendidikan agama dan tidak hanya terbatas pada pendidikan umum semata.
Muatan pendidikan agama merupakan sebuah komponen yang tidak bisa terpisahkan dari system pendidikan Islam. Bahkan bisa dikatakan bahwa pendidikan agama Islam berfungsi sebagai jalur pengintegrasian wawasan Islam dengan bidang studi lain.[22]
Tujuan pendidikan Islam, sangatlah penting karena berkaitan dengan pendidikan Islam tentu tidak terlepas kaitannya dengan pengembangan potensi diri, dan untuk mencapai ranah tersebut dinutuhkan tujuan-tujuan agar hal itu dapat tercapai dengan baik, para ahli berpendapat bahwa ada tiga fungi tujuan pendidikan yang besemuanya bersifat normative. Pertama member arah bagi proses pendidikan. Kedua member motivasi dalam aktivitas belajar. Ketiga tujuan pendidikan merupakan criteria atau ukuran dalam evaluasi pendidikan. Sehingga dari tujuan itu, pendidikan dapat diarahkan untuk mencapai kehidupan yang baik serta menjadi motivasi bagi pengembangan pendidikan Islam.[23]
Dari gambaran diatas sudah jelas bahwa pendidikan islam sangat memiliki pengaruh besar terhadap terciptanya insane yang memiliki pengetahuan dan wawasan luas, tidak salah jika para orang tua berlomba-lomba menyekolahkan anaknya di lembaga pendidikan Islam yang memiliki berbagai nilai keunggulan maupun lembaga pendidikan Model. Dengan harapan anak kelak menjadi manusia yang siap bersaing dalam menyongsong masa depannya.
Sebagai lembaga pendidikan yang memiliki baeground unggul dan model yang berbasis pendidikan Islam berkewajiban untuk menciptakan suasana religious dilingkungan belajar (sekolah). Penciptaan ini dimaksud dalam rangka mengimplementasikan nilai-nilai bersikap (attitude Value), nilai-nilai penghayatan (experiental Value) dan menumbuhkan semangat kesadaran beragama. Karena itu, untuk menciptakan suasana tersebut, perlu dikembangkan model fungsional untuk menciptakan suasana religious yang didasari atas pemahaman bahwa pendidikan agama adalah upaya manusia untuk mengajarkan masalah masalah kehidupan akhirat, disamping aktivitas duniawi yang berpijak pada tatanan moral-etis. Penciptaan ini bersumber pada nilai nilai normative dan doktrin agama yang telah diyakini kemutlakannya
Disamping itu melalui model struktural, untuk menciptakan suasana religious dengan pendekatan dengan disemangati oleh adanya kedisiplinan yang teratur dengan melalui penanaman budaya yang melibatkan seluruh jajaran sekolah.
Dengan demikian lembaga pendidikan unggul dan model yang berbasis agama secara langsung akan semakin terangkat dan memiliki kualitas lebih tinggi baik dari system akademik maupun dihadapan masyarakat. Ditambah lagi proses pembelajarannya menggunakan teknologi sebagai media bantu belajar mengajar bagi guru dan murid, dengan menggunakan media teknologi siswa diharapkan mampu dan mudah dalam penyerapan materi yang dipelajari.
BAB III
KESIMPULAN
Berdasarkan dari pembahasan di atas bahwasanya sekolah unggulan sekolah yang dikembangkan untuk mencapai keunggulan dalam keluaran (output) pendidikannya. Untuk mencapai keunggulan tersebut maka masukan (input), proses pendidikan, guru dan tenaga kependidikan, manajemen, layanan pendidikan, serta sarana penunjangnya harus diarahkan untuk menunjang tercapainya tujuan tersebut. Karakter sekolah unggulan, meliputi:input, saranan prasarana, lingkungan belajar, guru, kurikulum dan lain sebagainya.
Sedangkan sekolah model adalah Sekolah model adalah sekolah yang memiliki motif tersendiri yang bertaraf nasional ataupun internasional, sekolah model mencerminkan sekolah yang berkualitas tinggi yang beracuan pada system nasional ataupun internasional. Sekolah model memiliki beberapa karakter sekolah diantaranya, karakter visi, esensisl dan karakter mutu yang meliputi:out put, proses, dan input.
DAFTAR PUSTAKA
Albers Mohrman, Susan. 1994. School Based Management: Organizing for High Performance, San Francisco.
Anonim, 2006. Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. WIPRESS
Anonim, 2006. Rencana Startegis Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2005-2009. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.
Ahid Nur, 2009. Problematika Madrasah Aliyah di Indonesia . Kediri: STAIN Kediri Press.
Arifin, Imron, 1998. Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Mengelola Madrasah Ibtidaiyah dan Sekolah Dasar Berprestasi. Malang: IKIP-Malang.
Haryana, Kir. 2007. Konsep Sekolah Bertaraf Internasional (artikel). Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Pertama.
Kurniawan, Asep, 2007. PembaharuanPendidikan Islam di Indonesia (kajian historis), Jurnal Tarbiyah, Vol.XX No.20 Desember.
Lubis, Halfian .Pertumbuhan SMA Islam Unggulan di Indonesia (Badan Litbang dan Diklat Departemen Agama Republik Indonesia),
M. Arifin. 2006. Ilmu pendidikan Islam. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Maksum , 1999. Madrasah:Sejarah dan Perkembangannya. Jakarta:Logos wacana Ilmu,)
Muhammad, 2009. Konsep Pengembangan Madrasah Unggul Jurnal Ilmiah “Kreatif “ Vol. VI no. 1 Januari
Sahlan , Asmaun 2010. Mewujudkan Budaya Religius di Sekolah Malang: UIN-MALIKI Press
Sardiman. 2011. Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.
Salim, Peter dan Salim , Yenny. 1991. Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer Jakarta: Modern English Press.
Trimantara , Petrus 2007. Sekolah Unggulan: Antara Kenyataan dan Impian Jurnal Pendidikan Penabur - No.08/Th.VI/Juni
Yasin Fatah, 2008. Dimensi-dimensi Pendidikan. Malang: UIN-Malang Press.
Langganan:
Postingan (Atom)